Page 163 - Tere Liye - Bumi
P. 163

TereLiye “Bumi”   160




                  sepertinya Ali memang pintar. Aku me­langkah men­dekati meja belajar,

                  menatap buku PR­ku yang kembali muncul.

                         Tapi itu bukan buku PR­ku. Aku sama sekali tidak mengenali­nya
                  lagi. Ukuran dan bentuknya memang sama persis, seperti buku PR­ku,
                  tapi hanya itu yang sama. Sisanya berbeda sekali. Tidak ada lagi sampul
                  Hello Kitty. Sampulnya berwarna gelap terbuat dari kulit, dengan gambar
                  bulan sabit cetak timbul.


                         Seperti ada sesuatu dengan gambar bulan sabit itu, bekerlap­kerlip.




                         Ali meloncat ke dinding kamar, menutup semua daun jendela,
                  menarik gorden, mematikan lampu, memastikan tidak ada  lagi cahaya
                  yang masuk. Apa yang sedang dilakukannya?

                         Ali kembali ke sebelahku, menunjuk ke atas meja belajar. Gambar
                  bulan sabit di sampul buku PR­ku mengeluarkan sinar, terlihat indah di
                  kamarku yang remang.


                         ”Ini keren sekali. Kamu yang buka,  Ra,” Ali berbisik. Suaranya
                  terdengar antusias.


                         ”Kenapa harus aku?” aku bertanya.

                         ”Ladies first.” Ali nyengir lebar.

                         Aku melotot padanya.


                         ”Eh, maksudku, ini jelas bukan buku PR biasa lagi, Ra. Ini benda
                  dari dunia lain, atau entahlah.” Ali  menggaruk kepalanya, berusaha
                  membela diri. ”Jadi, eh, lebih baik kamu yang me­nyentuhnya. Kamu
                  sepertinya yang punya urusan dengan dunia lain itu.”


                         Seli    memegang        lenganku,      menghentikan         perdebatan.      Seli
                  me­nunjuk buku di hadapan kami.

                         Buku itu bersinar semakin terang. Bulan sabitnya seolah ter­lepas
                  dari sampul buku. Terlihat mengambang indah. Aku me­nelan ludah








                                                                            http://pustaka-indo.blogspot.com
   158   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168