Page 140 - Jadilah_Pelita
P. 140
272 Jadilah Pelita Epilog: Suara yang Paling Indah 273
Belum pernah ia mendengar suara yang begitu tidak depan sebuah rumah, di mana seorang perempuan
enak didengar di dusunnya yang sunyi. Ia bersikeras tua, seorang maestro, sedang memainkan sonata
mencari sumber bunyi tersebut. Ia mengikuti sumber dengan biolanya.
suara sumbang itu, dan ia tiba di sebuah ruangan di
belakang sebuah rumah, di mana seorang anak kecil Seketika, orang tua ini menyadari kekeliruannya.
sedang belajar bermain biola. Suara tidak mengenakkan yang didengarnya
kemarin bukanlah kesalahan dari biola, bukan pula
“Ngiiik! Ngoook!” berasal dari nada sumbang biola salah sang anak. Itu hanyalah proses belajar seorang
tersebut. anak yang belum bisa memainkan biolanya dengan
baik.
Saat ia mengetahui dari putranya bahwa itulah yang
dinamakan “biola”, ia memutuskan untuk tidak akan Dengan keluguannya, orang tua itu berpikir bahwa
pernah mau lagi mendengar suara yang mengerikan mungkin demikian pula halnya dengan agama.
tersebut. Sewaktu kita bertemu dengan seseorang yang
menggebu-gebu terhadap kepercayaannya, tidaklah
Hari berikutnya, di bagian lain kota, orang tua ini benar untuk menyalahkan agamanya. Itu hanyalah
mendengar sebuah suara yang seolah membelai- proses belajar seorang pemula yang belum bisa
belai telinga tuanya. Belum pernah ia mendengar memainkan agamanya dengan baik. Sewaktu kita
melodi yang begitu indah di lembah gunungnya, bertemu dengan seorang bijak, seorang maestro
ia pun mencoba mencari sumber suara tersebut. agamanya, itu merupakan pertemuan indah yang
Ketika sampai ke sumbernya, ia tiba di ruangan menginspirasi kita selama bertahun-tahun, apa pun