Page 96 - Jadilah_Pelita
P. 96
184 Jadilah Pelita Upacara dan Hari Raya 185
sendiri, melukiskan bahwa kebijaksanaan tidak atau nama Buddha sebagai penghormatan. Pada
pernah habis terbagi. Terbakarnya sumbu disertai setiap sujud, Buddha dapat divisualisasikan tengah
lelehnya lilin mengingatkan kita pada ketidakajekan berdiri di telapak tangan kita yang terbuka. Telapak
dan perubahan segala sesuatu yang terkondisi, tangan yang terbuka melambangkan bunga teratai,
termasuk hidup kita sendiri. Merenungi hal ini dapat lambang merekahnya kesucian (sekalipun akar
membantu kita menghargai setiap momen dalam teratai berada di lumpur kotor, bunganya mekar
hidup tanpa menjadi melekat padanya. Perhatian dengan anggun dan bersih dari lumpur). Setiap
murni dapat dilatih dengan menjaga agar nyala lilin sujud merupakan penyampaian rasa hormat kepada
tidak padam. Ini melambangkan penjagaan pikiran Buddha (atau kepada para Buddha dan Bodhisattwa
dari faktor-faktor negatif yang merusak kehidupan yang tidak terhitung jumlahnya). Latihan ini
spiritual. Dalam upacara ini, menyaksikan secercah membantu pemurnian pikiran, mengikis ego, dan
api yang menerangi kegelapan, hingga samudra mengurangi rintangan sepanjang jalan spiritual,
cahaya yang saling berbagi penerangan, sungguh sambil kita menyesali tindakan-tindakan buruk
sangat menginspirasi. yang lalu dan mencita-citakan kemajuan spiritual.
Dengan perhatian murni pada pikiran, perkataan,
Upacara Tiga Langkah Satu Sujud dan perbuatan selama latihan, konsentrasi dan
ketenangan dapat dicapai.
Dalam upacara ini, para pengikut biasanya berbaris
sebelum matahari terbit dengan mengitari wihara, Upacara yang panjang ini mengingatkan kita pada
menelungkupkan badan satu kali setiap tiga perjalanan menuju Pencerahan yang panjang dan
langkah, sambil mendaraskan mantra-mantra sulit. Namun, ini juga mengingatkan kita bahwa