Page 3 - PENELUSURAN BUKU KEAGAMAAN
P. 3

3


                  GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

                         Sejak  periode  kepemimpinan  Rektor  kesatu   sampai  ketujuh  dan  sampai  saat  ini

                  Institut Agama Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung telah mengalami transformasi
                  ke Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.  Secara kelembagaan, bahwa

                  transformasi  Institut  ke  Universitas  Islam  Negeri,  memiliki  mata  rantai  sejarah  yang
                  panjang sebagaimana cita-cita para pendiri yang mencita-citakan Universitas Islam Negeri,

                  tetapi saat itu di  masa Presiden Soekarno, tidak memungkinkan dan tidak ada yang ahli
                  dibidang  itu,  sehingga  al-Jamiah  al Islamiyah  al-Hukumiyah  diterjemahkannya  kedalam

                  bahasan  Indonesia  secara  formal  menjadi  Institut  Agama  Islam  Negeri  yang  terfokus

                  kepada  ilmu-ilmu  agama  yang  saat  itu  dipandang  sangat  baik  sehingga  dapat  diterima
                  terutama  oleh  kaum  agamawan  dan  pesantren-pesantren  tradisional  yang  belum  banyak

                  mengenal  bangku  kuliah  dan  pesantren  dipandang  sebagai  wahana  perjuangan,  lembur

                  ilmu  dan  menjadi  mercusuar  perpolitikan  kaum  santri,  sehingga,  meskipun    terselubung
                  dari arti sebenarnya bahwa al-Jamiah al Islamiyah al-Hukumiyah adalah Universitas Islam

                  Negeri.
                           Tetapi  sejak  tahun  1968-1980-an  dipandang  sebagai  pesantren  luhur  yang

                  menjadi tempat bagi orang-orang lulusan pesantren atau madrasah yang ingin melanjutkan
                  ke perguruan tinggi agama Islam yang saat itu masih kental dengan cultur pesantren.Saat

                  itu  orang-orang  pesantren  atau  madrasah  yang  ingin  melanjutkan  sekolahnya  ke  jenjang

                  yang lebih tinggi, hampir tidak terpikir untuk bersekolah  di tempat lain kecuali di Institut
                  Agama Islam Negeri,  meskipun outputnya kembali  lagi ke pesantren untuk  mengajar di

                  pesantren,  sehingga baru bisa berbicara dan laku diseputar dunia kepesantrenan.
                           Keterkaitan  antara  pesantren  atau  madrasah  dan  institut  Agama  Islam  Negeri

                  menjadi sangat kuat  dan  menjadi tempat sekolah orang-orang muslim  yang ekonominya
                  lemah dan umumnya berasal dari  pedesaan atau berasal dari keluarga petani yang saat itu

                  kiranya belum terpikir untuk melanjutkan  di sekolah umum, sehingga seolah-olah tidak

                  ada  tempat  lain  kecuali  di  pesantren  atau  madrasah  dari  tingkat  Ibtidaiyah  sampai
                  Perguruan Tinggi Islam Negeri, bahwa orang kampung jika mau sekolah itu ke pesantren

                  atau madrasah dan jika mau sekolah lagi lebih tinggi itu ke Institut Agama Islam Negeri.

                           Tetapi di satu sisi menjadi kelebihannya dan di sisi lain punya banyak kelemahan
                  karena diskors tidak dapat berkembang, bahwa sesungguhnya dari waktu ke waktu hanya

                  berbicara  kepada  sesama  dirinya,  sementara  itu  Institut  Agama  Islam  Negeri  sebagai
   1   2   3   4   5   6   7   8