Page 6 - PENELUSURAN BUKU KEAGAMAAN
P. 6

6


                  melengkapi  hingga  berhasil  direalisasikan    meskipun  peresmiannya  di  tahun  2005

                  disatukan bersama Institut Agama Islam Negeri Ujung Pandang Makasar, dalam satu SK

                  yang artinya satu Nomor SK-Nya.
                         Sarana  dan  prasarana,  sebenarnya  saat  itu  sudah  cukup  dan  layak,  sudah  ada

                  gedung-gedung yang dibangun dengan menggunakan anggaran yang ada di masa Endang
                  Soetari  untuk  membangun  di  dalam  lingkungan  kampus  meskipun  saat  itu  IDB  untuk

                  belum berhasil dan ketika Institut dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
                  sudah berhasil dengan IDB, rupanya Institut dan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung

                  Djati Bandung di masa kerektoran Nanat Fatah Natsir mengincar dan berhasil  mendapat

                  IDB, resikonya bangunan-bangunan  yang sudah ada yang sebetulnya  masih  bisa dipakai
                  dihancurkan dengan harapan performent lebih meningkat.

                           Perkembangan kampus itu seperti air mengalir berdasarkan jatah dari pemerintah

                  misalnya  setiap  tahun  satu  gedung,  tetapi  kalau  Rektornya  dapat  mendekati  dan
                  bernegosiasi dengan pihak pemerintah, biasanya mendapat jatah yang lebih dari forsi yang

                  biasa diberikan  misalnya perubahan  yang paling  menonjol di  masa Sholahuddin Sanusi,
                  masa  Endang  Soetari  dan  di  masa  Nanat  Fatah  Natsir, tetapi  kalau  usaha  sendiri  untuk

                  pembangunan kampus itu tidak ada misalnya dana dari luar, sehingga hampir seluruhnya
                  pasilitas  dikembangkan  pemerintah  pusat  apalagi  perguruan  tinggi  negeri,  kecuali

                  perguruan  tinggi  negeri  itu  mencari  uang  sendiri,  sehingga  tidak  ada  bedanya  dengan

                  swasta, misalnya Institut Agama Islam Negeri Jakarta setelah menjadi Universitas banyak
                  mencari  anggaran  sendiri  dan  berhasil  bisa  mendirikan  laboratorium  kedokteran  yang

                  disumbang dari Jepang hasil negosiasi Azyumardi Azra dengan kedutaan Jepang dan yang
                  bisa  mencari  dana  sendiri  dari  seluruh  Institut  dan  Universitas  Islam  Negeri  di  seluruh

                  Indonesia  hanya  Jakarta  dan  itu  berhasil  setelah  menjadi  Universitas  Islam  Negeri,
                  sehingga  kalau  misalnya  Institut  dan  Universitas  Islam  Negeri  Sunan  Gunung  Djati

                  berkembang  dengan  adanya  dana  IDB,  itu  bukan  usaha  sendiri  melainkan  usaha

                  pemerintah pusat bahkan ketika Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati dapat tanah
                  luas dekat Polda, sebenarnya diberi oleh Departemen  Agama dengan alasan perlu tanah

                  yang lebih luas untuk dibangun IDB.

                         Tetapi  sebenarnya,  sarana  prasarana  sudah  cukup  memadai  setelah  berakhirnya
                  masa jabatan kerektoran Endang Soetari, sehingga di masa kerektoran Nanat Fatah Natsir

                  sebenarnya tinggal mengembangkan substansi akademik atau mengakselerasi peningkatan
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11