Page 4 - PENELUSURAN BUKU KEAGAMAAN
P. 4
4
lembaga akademik dituntut untuk membangun konsultasi yang lebih baik dengan
komunitas yang ada di luar komunitas muslim, apalagi sebagai lembaga akademik dan
bukan lembaga dakwah.
Produk Institut Agama Islam Negeri sesungguhnya hanya baik untuk
berkomunikasi dengan komunitasnya yang ada di madrasah, pesantren, komunitas yang
tradisional, tetapi ketika bekomunikasi dengan komunitas lain mengalami kesulitan dan
lebih banyak berbicara keislaman, sehingga transformasi Institut kepada Universitas Islam
Negeri seakan menjadi suatu keharusan, dalam arti bagaimana agar produknya memiliki
kemampuan dalam membicarakan persoalan-persoalan secara makro terkait dengan
persoalan-persoalan kebangsaan, konflik, demokrasi, berbicara tentang pembangunan,
kapitalisasi, isu-isu yang berkembang dan tentang banyak hal, sehingga di awal
pendiriannya di masa era orde lama, orde baru diskors itu banyak dihandel oleh lulusan-
lulusan perguruan tinggi lain, bahkan mereka mengisinya dalam birokrasi pemerintah dan
berbagai Departemen, sementara produk Institut Agama Islam Negeri sebagian besar
hanya berlaku di dunia yang mengurusi madrasah, pesantren dan urusan-urusan ke-Islaman
lainnya termasuk instansi-instansi di bawah Departemen Agama, sedangkan Departemen
lainnya tidak bisa dimasuki, meskipun mereka membutuhkan produk dari Institut Agama
Islam Negeri, tetapi hanya di posisikan sebagai Ustad atau Kyai yang hanya bisa mengisi
khutbah di hari Jum’at, khutbah di hari Ied, untuk baca do’a, sementara persoalan-
persoalan kontemporer lainnya dapat dihandel oleh alumni perguruan tinggi umum yang
dengan berbagai kemampuannya bisa memasuki dunia pekerjaan di berbagai Departemen
yang tidak tersentuh oleh lulusan Institut Agama Islam Negeri, sehingga suara-suara dari
komunitas muslim itu kurang terwakili di lembaga-lembaga ini.
Persoalan inilah yang menjadi salah satu penyebab dan mengharuskan adanya
modernisasi kelembagaan dengan mentransformasi dari Institut kepada Universitas, akan
tetapi modernisasi ini bukan dalam arti westernisasi atau menghilangkan atau mengganti
ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum yang selama ini seakan menjadi dikotomi, tetapi
ilmu-ilmu agama dan umum ini terintegrasikan menjadi satu, yang asalnya dipergen
menjadi konpergen.
Modernisasi kelembagaan yang dimaksud, adalah this in here atau dalam
pengertian bahwa modernisasi itu sikap kritis terhadap masa lalu sehingga dapat
melestarikan nilai-nilai lama yang masih baik dan menggali nilai-nilai baru yang lebih