Page 304 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 304

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4







                                    Garut dengan hutan, aliran sungai dan kolam. Alam Sunda yang dalam bahasa
                                    Wittfogel (1936) disebut sebagai tempat tinggal hydrolic society.  Sehingga
                                                                                                   176
                                    karena kesuburannya itu, wajar bila Brouwer, seorang rohaniwan Katolik,
                                    menyebut bahwa tatar Sunda terjadi ketika Tuhan tersenyum.  Karenanya
                                                                                                 177
                                    tema air (cai, ci) menjadi keumuman nama tempat di tatar Sunda dan seringkali
                                    ditemukan dalam dangding-nya.
















                                    Sastra Sufistik Sunda dan Identitas Islam Sunda



                                    Dangding sufistik Mustapa tidak bisa dinafikan memiliki kontribusi besar dalam
                                    perkembangan sastra Sunda dan pembentukan identitas Islam Sunda. Karyanya
                                    dianggap menandai puncak capaian sastra Sunda yang belum ditemukan
                                                                                178
                                    tandingannya  pada karya  sastra  sesudahnya.   Bahkan signifikansi  karyanya
                                    diakui memiliki  sumbangan penting dalam menegaskan hubungan harmonis
                                    antara  Islam  dan  budaya  lokal  Sunda.  Bahasa  dangding  sufistik  Mustapa
                                    memperkaya khazanah lokalitas Islam dengan memberikan makna-makna baru,
                                    dinamis dan terbuka. Di tangannya, nilai-nilai Islam menyatu dan merasuk ke
                                    dalam dimensi batin alam pikiran Sunda. Sebaliknya, alam pikiran Sunda ditarik
                                    dan dimaknai ke dalam nuansa spiritualitas Islam.

                                    Karenanya bagi Mustapa, tidak ada dikotomi antara Islam dan adat budaya Sunda
                                    sebagaimana diasumsikan Wessing. Sebuah cara pandang yang sangat tipikal
                                    dipengaruhi Geertz terhadap pekatnya budaya Jawa. 179  The adat then provides
                                    a domain where men and women who are not able or willing to participate in
                                    the Islamic system can find an opportunity to function as distributive centers
                                    and thus gain a measure of social recognition. Thus, adat and Islam provide
                                    complementary contexts in which persons may play socially significant roles. 180

                                    Mustapa seakan ingin menunjukkan bahwa orang Sunda cenderung lebih
                                    mencolok perasaan keislamannya di banding Jawa. Tidak seperti Jawa yang
                                    lebih didominasi budaya Jawa kraton, orang Sunda merasa tidak memiliki pusat
                                    kekuasaan tradisional pasca runtuhnya Kerajaan Sunda pada 1579, sehingga
                                    Islam kemudian  mengambil alih peran itu.  Mustapa bahkan menegaskan
                                                                              181
                                    bahwa  Sunda mah geus Islam méméh Islam  (Sunda sudah Islam sebelum
                                    Islam).  Budaya Sunda secara positif dianggapnya memiliki banyak keselarasan
                                          182





                    290
   299   300   301   302   303   304   305   306   307   308   309