Page 560 - SKI jld 3 pengantar menteri Revisi Assalam
P. 560

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3







                                    Dalam UU ini, BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah non-struktural
                                    yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri
                                    Agama. Ini menunjukkan bahwa Negara (pemerintah) telah melibatkan dirinya
                                    secara langsung dalam pengelolaan zakat secara nasional. Hal ini terlihat dari
                                    beberap fungsi BAZNAS yaitu: (1) Perencanaan pengumpulan, pendistribusian,
                                    dan  pendayagunaan  zakat;  (2)  Pelaksanaan  pengumpulan,  pendistribusian,
                                    dan  pendayagunaan  zakat;  (3)  Pengendalian  pengumpulan,  pendistribusian,
                                    dan  pendayagunaan  zakat;  dan  (4)  Pelaporan  dan  pertanggungjawaban
                                    pelaksanaan pengelolaan zakat. Otoritas lain yang menguatkan BAZNAS adalah:
                                    Menghimpun, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat; memberikan
                                    rekomendasi dalam pembentukan BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota,
                                    dan LAZ; meminta laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan
                                    dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS Provinsi dan LAZ. 114












                                    Kesimpulan


                                    Gerakan ekonomi Islam mengalami perubahan orientasi dari masa awal
                                    kemerdekaan  hingga  saat  ini.  Misi  gerakan  masa  awal  lebih  menonjolkan
                                    semangat nasionalisme-keagamaan dengan melibatkan kelompok Islam dalam
                                    gerakan ini terutama diwakili oleh ormas. Sarekat Islam adalah salah satu gerakan
                                    Islam yang bersifat terbuka dari kelompok etnik yang merespon diskriminasi
                                    kolonial terhadap pribumi.

                                    Pada masa kemerdekaan hingga masa reformasi, gerakan ekonomi lebih
                                    menekankan  entrepreneurship untuk pengembangan masyarakat. Semangat
                                    Islam juga menguat pada masa ini, terutama dalam menyikapi sistem kapitalisme
                                    yang dianggap tidak memberikan kondisi social dan ekonomi masyarakat.
                                    Karena itu, semangat pendirian bank syariah dan lembaga-lembaga filantropi
                                    Islam  hadir  sebagai  kesadaran  untuk  mengembangkan  masyarakat  Muslim.
                                    Dalam  perkembangannya,  semangat  keislaman  ini  melebur  pada  konteks
                                    demokratisasi yang menekankan transparansi dan akuntabilitas, bukan
                                    semata-mata keagamaan. Karena itu, model gerakan ekonomi diarahkan
                                    pada pemberdayaan masyarakat yang lebih bersifat publik dan berorientasi
                                    kesejahteraan. Di sinilah respon masyarakat dalam sistem ekonomi Islam lebih
                                    bersifat substansial dari pada simbolik keagamaan.





                                                                            Dr. Asep Saepudin Jahhar, MA.




                    544
   555   556   557   558   559   560   561   562   563   564   565