Page 154 - REMPAH, JALUR REMPAH, DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA
P. 154
144 REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA
ditolak. Akhirnya Istri Utimuti menggunakan kekayaannya yang besar untuk
membalas orang-orang Eropa yang dibencinya. Dia berhasil membujuk Pate
Ketir dengan cara menyuap sejumlah uang, dengan rayuan akan menikahkan
anaknya dengan salah seorang putrinya. Tindakan permusuhan pertamanya
adalah membakar kampung Keling yang berbatasan dengan kota utama yang
dihuninya karena akibat keluhan penduduk kampung Keling mengakibatkan
kematian Utimuti dan anaknya. 149
Setelah mendengar hal ini, d’Albuquerque memberikan perintah kepada
beberapa orang perwira untuk mengembalikan Pate Ketir ke kotanya. Akan
tetapi kini permusuhan semakin berkobar. Sepuluh hari lamanya gerombolan
Pate Ketir merusak dusun orang Keling dan mereka meneror penduduk
Malaka. Penduduk di kampung itu sangat takut pada pembunuhan sebagai
akibat dari kemarahan orang Jawa, sehingga d’Albuquerque memandang perlu
untuk memberikan ampunan kepada pimpinan Jawa itu dan membiarkannya
dengan alasan D’Albuquerque tidak mampu memadamkan dendam orang
Jawa dan akan mencegahnya. Lama kelamaan mereka bersedia untuk kembali
hidup tenang dan damai. Disesalkan bahwa orang-orang Jawa bersedia
berkorban segalanya demi Pate Ketir. Semua ini diduga bahwa didorong oleh
ambisi untuk membuat istri Utimuti senang dan juga untuk mendapatkan
perkawinan yang dinantikan. D’Albuquerque meredam dendamnya dan
150
memberikan kedudukan yang sama seperti Utimuti kepada Pate Ketir.
Namun perhitungan d’Albuquerque salah. Perkawinan yang telah
berlangsung mengakibatkan naiknya kewibawaan dan pengaruh penguasa
Jawa. Janji untuk melakukan balas dendam ibu mertuanya telah terwujud
dan kini ia menggunakan kedudukan yang dilimpahkan kepadanya untuk
mengusir d’Albuquerque dari Malaka. Ia berharap Laksamana d’Albuquerque
bisa berlayar kembali ke India pada angin musim kemarau, untuk mencegah
terjadinya permusuhan.
D’Albuquerque benar-benar bersiap untuk meninggalkan Malaka pada
awal 1512. Sebelum keberangkatannya dia masih menerima seorang
149 PA. Tiele, “De Europeers in den Maleischen Archipel, deerde geleesten”, dalam BKI, tahun 1880, jilid 28.
150 Lihat J.C. van Leur, Indonesian Trade and Society (‘s Gravenhage: W. van Hoeve Ltd., 1967), hlm. 49-52.