Page 160 - REMPAH, JALUR REMPAH, DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA
P. 160
150 REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA
kota itu penuh dengan kapal. 155
Orang Portugis segera memahami bahwa tidak lain mereka adalah armada
Pati Unus, yang meskipun kemunculannya yang mendadak menimbulkan
kekacauan dan ketegangan pada mulanya, mereka memutuskan untuk
menyambutnya dengan kekuatan yang bisa dikumpulkan, yakni 17 kapal
yang diawaki oleh 350 orang Eropa dan beberapa orang bumiputera. Meriam
orang Portugis menimbulkan kerusakan parah pada perahu-perahu Pati
Unus. Namun tanpa membalas tembakannya, perahu-perahu itu belayar di
sepanjang pantai dalam garis serapat mungkin sampai saat malam tiba mereka
muncul di depan kota dan berlabuh di kota utama Jawa, sementara kegelapan
menunda pertempuran.
Orang Portugis, yang merasakan infrastruktur pertahanannya sangat kuat,
melewatkan malam itu dengan was-was. Namun karena kekuasaan Gubernur
Ruy de Britto, d’Andrade tidak bisa melaksanakan kehendaknya untuk
menyerang Pati Unus dengan sebuah armada kecil yang dimilikinya. Karena
sikapnya, keesokan harinya, ia memberikan keyakinan padanya bahwa
tujuan utamanya adalah melakukan pendaratan dan memperkuat diri dengan
bantuan penduduk, sehingga Pati Unus tidak tertarik melakukan pertempuran
kapal. Sementara kota dan benteng sejauh mungkin telah bersiap melawan.
D’Andrade menyiapkan segalanya untuk membakar perahu-perahu kecil
musuh pada saat fajar tiba, sementara dia memanfaatkan kekacauan yang
muncul di sana untuk menyerang junk-junk besar dengan menghancurkan
geladaknya.
Sementara itu Pati Unus menjalin kontak dengan orang-orang Jawa di
kota Malaka. Akan tetapi dia menjadi takut dan kecewa ketika mendengar
dari pimpinannya Surya Dewa bahwa Pati Ketir yang telah menerima nasehat
dan bantuannya, terpukul dan melarikan diri. Serangan orang Portugis dan
kerugian yang ditimbulkan oleh meriam mereka pada junknya menambah
kekacauannya dan Surya Dewa bersama pasukannya terbukti lebih suka
memperhatikan kondisinya sendiri daripada melanjutkan bertempur. Rencana
155 Schrieke, Indonesian Sociological Studies, hlm. 84.