Page 145 - 02 BUKU BAHAN MATERI FILM SEJARAH 270118
P. 145

BAHAN MATERI FILM SEJARAH






                      Pada bulan Maret 1942 semua kegiatan politik dilarang, kemudian
                 semua perkumpulan yang ada secara resmi dibubarkan dan pihak Jepang
                 mulai membentuk organisasi baru.Hal ini berdasarkan maklumat dari

                 Imamura yang  melarang  masyarakat  Indonesia tidak  membicarakan  hal
                 yang terkait dengan perpolitikan. Para pejabat Indonesia hanya sedikit
                 yang memberi dukungan terhadap pembentukan gerakan-gerakan tersebut
                 karena para pejabat melihat kepemimpinan Jepang di Indonesia tidak jauh

                 berbeda dengan Belanda yang bertujuan untuk kepentingan mereka sendiri,
                 sedangkan beberapa pejabat politik pribumi yang menerima tawaran
                 jepang untuk bekerjasama dalam gerakan-gerakan yang dibentuk oleh Jepang
                 bertujuan  untuk mengurangi  kekerasan pemerintahan  dan  memanipulasi

                 perkembangan-perkembangan untuk kepentingan bangsa Indonesia. Hal ini
                 dilakukan oleh RP.Suroso, RAA. Sosrodiprodjo, dan R. Gondomertosuprodjo
                 pemimpin-pemimpin Jawa Tengah yang pada tahun 1943 Jepang RP. Suroso,
                 diangkat sebagai residen atau syutjokan. RAA. Sosrodiprodjo menjadi kentjo

                 dan Gondomertosuprodjo menjabat sebagai walikota atau syitjo, Magelang.
                      Selain itu, terdapat gerakan ilegal atau ‘gerakan bawah tanah’ yang
                 digagas oleh pemuda-pemuda Indonesia, seperti di wilayah Jawa Tengah salah
                 satu gerakan yang dipimpin oleh Somowarsito, Susilo, dan lain-lain. Tokoh-

                 tokoh ini bermaksud menduduki pos-pos vital yang kelak pasti dibutuhkan
                 dalam perjuangan.
                      Kondisi  Jepang  yang  semakinmelemah  dalam    perang  pasifik
                 mengakibatkan pengerahan tenaga pemuda ditingkatkan. Sebagai contoh

                 pekerjaan gua perlindungan Gelangampar di hulu Bengawan Sala yang
                 dipersiapkan untuk basis pertahanan perang gerilya. Beribu tenaga kerja
                 pribumi dipekerjakan untuk membuat basis pertahanan Jepang. Beberapa
                 tenaga kerja berasal dari daerah Muntilan, Sawangan, Ngluwar, dan Grabag

                 sebagai tenaga romusha yang mengalami penyiksaan, kelaparan, dan banyak
                 diantara mereka yang meninggal dunia.Hal ini terlihat eksploitasi tenaga
                 kerja secara kejam melebihi dari penjajahan Belanda.

                144
   140   141   142   143   144   145   146   147   148   149   150