Page 43 - 02 BUKU BAHAN MATERI FILM SEJARAH 270118
P. 43

BAHAN MATERI FILM SEJARAH






                 Belanda sengaja mempertahankan struktur sosial masyarakat Simalungun
                 yang berpola kerajaan, agar mempermudah pengawasan dan penghematan
                 anggaran. Belanda merasa tidak perlu repot membentuk struktur

                 pemerintahan baru, sebab daerah Simalungun sudah diatur secara struktur
                 Birokrasi yang berpola monarki, dimana raja berkuasa penuh berikut
                 dengan pejabat-pejabat kerajaannya. Dengan kondisi ini,  kaum aristokrat

                 diuntungkan.
                      Gaya  hidup kaum ini yang  serba  mewah,  boros  dan sombong
                 menimbukan kebencian dan dendam diantara rakyat yang hidup dalam
                 kemiskinan dan serba kekurangan.
                      Kemudian pada tahun 1942, setelah Jepang masuk, pemerintah Jepang

                 mencabut semua hak istimewa kaum bangsawan dan lahan perkebunan
                 diambil alih oleh para buruh. Kaum bangsawan tidak merasa senang dan
                 berharap untuk mendapatkan hak-haknya kembali dengan bekerja sama

                 dengan Belanda/NICA, sehingga semakin menjauhkan diri dari pihak pro-
                 republik.
                      Sesudah kekalahan Jepang dan diproklamasikannya kemerdekaan
                 Indonesia di Jakarta, Sumatera Timur diklaim menjadi bagian dari wilayah
                 Republik Indonesia. Berita kemerdekaan Indonesia ini disambut dengan

                 semangat   yang  besar  di kalangan  rakyat, namun  tidak  diikuti  semangat
                 serupa di kalangan kaum bangsawan. Kaum aristokrat Sumatera Timur itu
                 dengan terang-terangan menunjukkan sikap yang menyebabkan kebencian

                 di kalangan pendukung kemerdekaan; mereka berharap kedatangan
                 Belanda kembali dan merestorasi kedudukan mereka seperti sebelumnya.
                 Akibatnya, ketegangan di antara kaum pergerakan nasionalis Indonesia
                 dengan para aristokrat itu semakin sengit, yang menyebabkan garis di
                 antara kedua kelompok itu semakin tajam perbedaannya. Situasi rawan

                 yang seperti ini menjadi api dalam sekam dan dengan sangat baik sekali
                 dimanfaatkan kaum berhaluan kiri, sehingga meledak menjadi revolusi sosial



                42
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48