Page 58 - Microsoft Word - KeruntuhanTeoriEvolusi
P. 58

BAB 10:

                              KEBUNTUAN EVOLUSI MOLEKULER



                Pada bagian sebelumnya, telah digambarkan bagaimana catatan fosil menggugurkan teori  evolusi.
          Sebenarnya hal ini tidak perlu dilakukan, karena teori evolusi telah runtuh jauh sebelum orang sampai pada
          klaim “evolusi spesies” dan bukti-bukti fosil. Yang membuat teori evolusi sejak awal kehilangan arti adalah
          pertanyaan bagaimana kehidupan pertama kali muncul di muka bumi.
                Ketika  menjawab pertanyaan ini, teori  evolusi  menyatakan bahwa kehidupan  berawal dari  sebuah sel
          yang terbentuk secara kebetulan. Berdasarkan skenario ini, empat miliar tahun lalu, dalam atmosfir bumi purba
          berbagai senyawa tidak hidup bereaksi, di bawah petir dan tekanan menghasilkan sel hidup pertama.
                Hal pertama yang  harus diingat, pernyataan bahwa senyawa-senyawa anorganik dapat bergabung
          membentuk kehidupan sama  sekali tidak ilmiah  dan tidak dikuatkan dengan eksperimen atau observasi.
          Kehidupan hanya muncul dari kehidupan. Setiap sel hidup terbentuk melalui replikasi sel hidup lainnya. Tak
          seorang pun di dunia pernah berhasil membentuk sel hidup dengan mencampurkan materi-materi anorganik,
          bahkan di laboratorium yang paling canggih sekalipun.
                Teori evolusi menyatakan bahwa sel-sel makhluk hidup yang tidak dapat diproduksi sekalipun dengan
          mengerahkan seluruh kecerdasan, pengetahuan, dan teknologi  manusia berhasil terbentuk secara kebetulan
          dalam kondisi bumi purba. Pada halaman-halaman selanjutnya, kita akan melihat bahwa pernyataan ini sangat
          bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan dan nalar.


                Dongeng tentang “Sel yang Terbentuk Secara Kebetulan”


                Jika seseorang  yakin bahwa sel hidup dapat terbentuk secara  kebetulan, maka tidak ada yang  dapat
          menghalanginya mempercayai dongeng seperti di bawah ini. Dongeng mengenai sebuah kota kecil:
                Pada suatu hari, segumpal tanah liat yang terjepit di antara bebatuan daerah tandus menjadi basah karena
          hujan. Saat matahari terbit, tanah liat basah ini mengering dan mengeras menjadi sebuah bentuk yang kokoh.
          Bebatuan yang berperan sebagai cetakan, karena suatu hal kemudian hancur berkeping-keping, dan muncullah
          batu bata berbentuk rapi, bagus, dan kuat. Selama  bertahun-tahun, batu bata ini menunggu batu bata serupa
          terbentuk dalam kondisi alam yang sama. Peristiwa ini berlangsung terus hingga terbentuk ratusan bahkan
          ribuan batu bata serupa di tempat itu. Dan secara kebetulan, tidak ada satu pun dari batu bata yang lebih dulu
          terbentuk menjadi rusak. Meskipun terkena badai, hujan, angin, terik matahari, dan dingin membekukan, batu-
          batu bata tersebut tidak retak, remuk, atau terseret menjauh. Di tempat yang sama dan dengan tekad yang sama,
          mereka menunggu batu bata lain terbentuk.
                Ketika jumlah batu bata mencukupi, batu-batu bata ini membentuk sebuah bangunan dengan menyusun
          diri ke samping dan saling bertumpuk akibat secara acak digerakkan oleh kondisi alam seperti angin, badai dan
          tornado. Sementara itu, bahan-bahan seperti semen  atau campuran pasir terbentuk dalam  “kondisi alamiah”
          pada saat yang tepat dan merayap di antara batu-batu bata untuk merekatkan mereka. Pada saat yang bersamaan,
   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63