Page 54 - Microsoft Word - KeruntuhanTeoriEvolusi
P. 54

Evolusi: Kepercayaan yang Tidak Ilmiah


                Lord Solly Zuckerman adalah salah seorang peneliti terkemuka dan terhormat di Inggris. Bertahun-tahun
          ia meneliti catatan fosil dan melakukan banyak penyelidikan secara terperinci. Ia  dianugerahi  gelar
          kebangsawanan “Lord” untuk kontribusinya bagi ilmu  pengetahuan. Zuckerman adalah seorang evolusionis.
          Jadi, komentarnya mengenai evolusi tidak dapat dianggap sebagai pernyataan untuk menentang teori evolusi.
          Setelah bertahun-tahun meneliti fosil yang digunakan dalam skenario evolusi manusia, ia berkesimpulan bahwa
          silsilah seperti itu tidak ada.
                Zuckerman juga menyusun sebuah “spektrum ilmu pengetahuan” yang menarik. Ia membentuk spektrum
          ilmu pengetahuan dari  yang dianggapnya ilmiah hingga  tidak ilmiah. Menurut spektrum Zuckerman, yang
          paling “ilmiah” tergantung pada data konkret—adalah bidang kimia dan fisika. Setelah itu biologi, kemudian
          diikuti ilmu-ilmu sosial. Pada ujung berlawanan, yang dianggap paling tidak “ilmiah”, terdapat “extra-sensory
          perception (ESP)”konsep seperti telepati dan indra keenam—dan terakhir adalah “evolusi manusia”. Zuckerman
          menjelaskan alasannya:
                Kita kemudian bergerak dari kebenaran objektif langsung ke bidang-bidang yang dianggap sebagai ilmu
          biologi, seperti extra sensory perception atau interpretasi sejarah fosil manusia. Dalam bidang-bidang ini, segala
          sesuatu mungkin terjadi bagi yang percaya, dan orang yang sangat percaya kadang-kadang mampu meyakini
                                                    30
          sekaligus beberapa hal yang saling kontradiktif.
                Lalu, alasan apa yang membuat banyak ilmuwan berkeras mempertahankan dogma ini? Mengapa mereka
          berusaha begitu keras mempertahankan teori ini agar tetap hidup, walaupun harus mengalami berbagai konflik
          dan membuang bukti-bukti yang mereka temukan sendiri?
                Satu-satunya jawaban adalah ketakutan mereka akan fakta yang harus mereka hadapi jika teori evolusi ini
          ditinggalkan. Fakta bahwa  manusia diciptakan oleh  Allah. Akan tetapi, mengingat  praduga dan filsafat
          materialistis mereka, penciptaan adalah konsep yang tidak dapat diterima evolusionis.
                Untuk alasan ini, mereka  menipu diri  sendiri serta  semua orang di dunia, melalui kerja sama dengan
          media  massa. Jika mereka tidak dapat menemukan  fosil yang dibutuhkan, mereka akan “membuatnya” baik
          dalam bentuk gambar rekaan atau model-model khayalan, dan mencoba memberikan kesan bahwa fosil-fosil
          yang membuktikan teori evolusi benar-benar ada. Sebagian  media  massa yang menganut pandangan
          materialistis juga mencoba menipu masyarakat dan menanamkan kisah evolusi ke alam bawah sadar manusia.
                Sekeras apa pun mereka mencoba, kebenaran tetap jelas: manusia muncul bukan melalui proses evolusi
          tetapi karena telah diciptakan Allah. Karena itu, manusia bertanggung jawab kepada-Nya betapa pun ia tidak
          ingin menerima tanggung jawab ini.

               Footnotes:

               1) David Pilbeam, "Humans Lose an Early Ancestors", Science, April 1982, hlm. 6-7.
               2)Engin Korur, "Gözlerin ve Kanatlarin Sirri" (The Mystery of the Eyes and the Wings), Bilim ve Teknik,
               No. 203, Oktober 1984, hlm. 25.
               3)Nature, Vol. 382, 1 Agustus 1996, hlm. 401.
               4)Carl O. Dunbar, Historical Geology, New York: John Wiley and Sons, 1961, hlm. 310.
               5)Holly Smith, American Journal of Physical Antropology, Vol. 94, 1994, hlm. 307-325.
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59