Page 53 - Microsoft Word - KeruntuhanTeoriEvolusi
P. 53
Singkatnya, teori evolusi bukan ilmu pengetahuan, tetapi dogma yang dijaga agar tetap hidup dengan
mengabaikan ilmu pengetahuan.
Kebuntuan Bipedalisme bagi Evolusi
Terlepas dari catatan fosil yang telah kita diskusikan, lebarnya jarak perbedaan anatomis antara manusia
dan kera juga menggugurkan cerita rekaan evolusi manusia. Salah satu perbedaan ini berhubungan dengan cara
berjalan.
Manusia berjalan tegak dengan kedua kakinya. Suatu cara bergerak yang sangat unik dan tidak didapati
pada spesies-spesies lain. Sebagian hewan memang memiliki kemampuan terbatas untuk bergerak sembari
berdiri dengan kedua kaki belakangnya. Hewan seperti beruang dan monyet terkadang bergerak seperti ini
ketika hendak menggapai makanan, dan hanya selama beberapa saat. Normalnya, kerangka mereka condong ke
depan dan mereka berjalan dengan empat kaki.
Lalu kemudian, apakah bipedalisme merupakan hasil evolusi dari cara berjalan monyet yang kuadripedal
seperti yang diklaim evolusionis?
Tentu saja tidak. Penelitian telah menunjukkan bahwa evolusi bipedalisme tidak pernah dan tidak
mungkin terjadi. Pertama, cara berjalan bipedal bukan suatu keuntungan. Cara monyet bergerak lebih mudah,
lebih cepat dan lebih efisien daripada cara berjalan bipedal manusia. Manusia tidak dapat meloncat dari satu
pohon ke pohon lain tanpa menyentuh tanah seperti simpanse, atau berlari dengan kecepatan 125 km/jam seperti
cheetah. Sebaliknya, karena manusia berjalan dengan kedua kakinya, ia bergerak jauh lebih lambat di atas
tanah. Untuk alasan yang sama, manusia adalah salah satu spesies yang paling tidak terlindung di alam, jika
ditinjau dari gerakan dan pertahanan. Menurut logika evolusi, monyet seharusnya tidak berevolusi mengambil
cara berjalan bipedal. Sebaliknya, manusialah yang seharusnya berevolusi menjadi kuadripedal.
Kebuntuan lain dari klaim evolusi adalah bahwa cara berjalan bipedal tidak sesuai dengan model
“perkembangan bertahap” Darwinisme. Model ini, yang menjadi dasar evolusi, mengharuskan adanya suatu
cara berjalan “gabungan” antara cara berjalan bipedal dan kuadripedal. Tetapi penelitian komputer yang
dilakukan Robin Crompton, seorang ahli paleoantropologi Inggris pada tahun 1996 menunjukkan bahwa
“gabungan” ini mustahil terjadi. Crompton mencapai kesimpulan berikut ini: Mahluk hidup hanya dapat
28
berjalan tegak, atau dengan keempat kakinya. Cara berjalan setengah-setengah antara bipedal dan kuadripedal
sangat menguras energi. Itu sebabnya tidak mungkin ada makhluk setengah bipedal.
Jarak yang terlalu jauh antara manusia dan kera tidak hanya meliputi bipedalisme. Masih banyak hal lain
yang tidak dapat diterangkan seperti kapasitas tengkorak, kemampuan ber-bicara, dan sebagainya. Elaine
Morgan, seorang ahli paleoantropologi evolusionis, mengakuinya:
Empat misteri yang paling membingungkan tentang manusia adalah: 1) me-ngapa mereka berjalan
dengan dua kaki? 2) mengapa mereka kehilangan seluruh bulu? 3) mengapa mereka mengembangkan otak yang
besar? 4) mengapa mereka belajar berbicara?
Jawaban ortodoks untuk pertanyaan-pertanyaan ini adalah: 1) 'Kita belum tahu'; 2) 'Kita belum tahu'; 3)
'Kita belum tahu'; 4) 'Kita belum tahu'. Daftar pertanyaan bisa bertambah panjang tanpa mengubah
29
kemonotonan jawaban.