Page 7 - Microsoft Word - KeruntuhanTeoriEvolusi
P. 7
“Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu dari (pintu-pintu) langit, lalu
mereka terus-menerus naik ke atasnya, tentulah mereka berkata: 'Sesungguhnya pandangan kamilah
yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang-orang yang kena sihir'." (QS. Al Hijr, 15: 14-15)
Indoktrinasi Teori Evolusi Secara Massal
Sebagaimana ditunjukkan dalam ayat-ayat di atas, salah satu penyebab manusia tidak mampu melihat
realitas keberadaan mereka adalah semacam “mantra” yang mengaburkan penalaran mereka. “Mantra” ini pula
yang mendasari seluruh dunia menerima teori evolusi. Mantra yang dimaksud di sini adalah suatu pengondisian
melalui indoktrinasi. Orang-orang telah diindoktrinasi sedemikian gencar mengenai kebenaran teori evolusi
hingga mereka tidak menyadari penyimpangan yang ada.
Indoktrinasi ini berdampak negatif pada otak dan melumpuhkan kemampuan menilai sesuatu. Pada
akhirnya, otak yang dibombardir oleh indoktrinasi terus-menerus ini mulai menerima realitas tidak sebagaimana
adanya, tetapi sebagaimana yang diindoktrinasikan. Fenomena ini dapat dijumpai pada sejumlah contoh lain.
Misalnya, jika seseorang dihipnotis dan diindoktrinasi bahwa tempat tidur tempatnya berbaring adalah sebuah
mobil, ia akan tetap merasa tempat tidur itu sebagai sebuah mobil meski masa hipnotis telah selesai. Ia
menganggap hal ini sangat logis dan rasional karena ia benar-benar melihatnya demikian dan ia tidak ragu
sedikit pun. Contoh yang menunjukkan keampuhan dan kekuatan mekanisme indoktrinasi ini merupakan
realitas ilmiah yang telah dibuktikan melalui banyak percobaan, telah dilaporkan dalam literatur ilmiah, serta
merupakan santapan sehari-hari buku-buku pelajaran psikologi dan psikiatri.
Teori evolusi, dan materialisme yang berpijak padanya, dijejalkan kepada masyarakat luas melalui
metode indoktrinasi seperti ini. Mereka yang tiada henti menemui indoktrinasi evolusi ini di berbagai media
massa, sumber akademis, dan wahana “ilmiah”, tidak menyadari bahwa menerima teori ini bertentangan dengan
prinsip nalar yang paling mendasar. Indoktrinasi serupa pun menjerat para ilmuwan. Ilmuwan muda yang
sedang meniti karier menerima cara pandang materialis ini dengan dosis yang bertambah seiring perjalanan
waktu. Akibat mantra ini, banyak ilmuwan evolusionis terus mencari pembenaran ilmiah bagi pernyataan
evolusionis abad ke-19 yang tidak masuk akal, usang, dan telah lama digugurkan oleh bukti-bukti ilmiah.
Ada pula mekanisme tambahan yang memaksa ilmuwan menjadi evolusionis dan materialis. Di
negara-negara Barat, seorang ilmuwan harus memenuhi beberapa persyaratan untuk mendapatkan promosi,
menerima pengakuan akademis, atau agar artikelnya diterbitkan dalam jurnal-jurnal ilmiah. Pengakuan terang-
terangan terhadap teori evolusi adalah kriteria nomor satu. Sistem ini membuat para ilmuwan menghabiskan
seluruh hidup dan karier ilmiahnya demi sebuah keyakinan dogmatis.
Inilah realitas sesungguhnya di balik pernyataan “evolusi masih tetap diterima oleh dunia ilmu
pengetahuan”. Evolusi dipertahankan hidup bukan karena memiliki kelayakan ilmiah, tetapi karena merupakan
sebuah kewajiban ideologis. Sangat sedikit ilmuwan yang menyadari kenyataan ini, dan berani menunjukkan
“sang raja tidak mengenakan selembar baju pun”.
Bagian selanjutnya dari buku ini akan mengetengahkan penemuan-penemuan ilmiah modern yang telah
meruntuhkan kepercayaan evolusionis dan yang menunjukkan bukti-bukti nyata keberadaan Allah. Pembaca
akan menyaksikan bahwa teori evolusi ternyata merupakan kebohongan — sebuah kebohongan yang dibuktikan