Page 20 - Majalah POM Edisi 1 2019
P. 20
PENEGAKAN HUKUM
Badan POM
Badan POM
REKRUT LULUSAN
REKRUT LULUSAN
KRIMINOLOGI,
KRIMINOLOGI,
BUAT APA?
BUAT APA?
Benny Robin
Mengapa Badan POM yang identik dengan
keilmuan farmasi membutuhkan kriminolog?
Masih segar di ingatan kita beberapa kasus obat dan makanan
seperti penyalahgunaan obat PCC (Paracetamol Caffein
Carisoprodol) dan obat keras lainnya, vaksin palsu, kosmetik
yang diproduksi menggunakan bahan berbahaya, pangan
kedaluwarsa yang dikemas dan dijual kembali, bahkan jamu
yang merupakan warisan leluhur namanya ikut tercoreng
oleh para pelaku kejahatan dengan mencampurnya dengan
Memiliki 560 Penyidik bahan kimia obat.
Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
yang bertugas melakukan Deretan kasus-kasus tersebut merupakan sebagian kecil
dari banyaknya modus operandi kejahatan di bidang obat
penyidikan terhadap perkara dan makanan. Selain itu kejahatan obat dan makanan ini
kasus obat dan makanan merupakan transnational crime yang terjadi di berbagai
negara di seluruh dunia. Dan Indonesia dengan luas wilayah
dan pasar yang besar menjadi salah satu tujuan para mafia
obat dan makanan melakukan aksinya.
Badan POM saat ini memiliki kurang lebih 560 orang Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang bertugas melakukan
penyidikan terhadap perkara kasus obat dan makanan di
wilayah tugasnya. Rata-rata PPNS Badan POM berlatar
belakang farmasi yang mendapat pelatihan terkait penyidikan
hanya 3 bulan. Untuk mengoptimalkan kinerja pengawasan
obat dan makanan, Badan POM membuka kesempatan dari
disiplin ilmu khusus seperti kriminologi untuk bergabung di
Badan POM. Peran kriminolog sangat diperlukan oleh Badan
POM dalam membaca “situasi” tindak kejahatan obat dan
makanan di era keterbukaan informasi saat ini.
20 / Majalah Pengawasan Obat dan Makanan