Page 122 - Kick Off Meeting dan Simulasi Uji Klinik Vaksin COVID-19
P. 122
Belum terpenuhinya kuota relawan bahkan menyita perhatian Gubernur Jawa Barat
Ridwan Kamil. Pekan lalu, dia mengatakan, pimpinan daerah mengajukan diri jadi
relawan vaksin.
“Jika tidak ada halangan dari unsur kesehatan pribadi, maka Forkominda (Forum
Komunikasi Pimpinan Daerah) pun akan menjadi relawan untuk pengetesan vaksin.
Sehingga kalau pimpinannya juga melakukan Insya Allah rakyatnya juga akan
meyakini proses vaksin ini berjalan dengan lancar,” ungkapnya dalam konferensi
pers, Senin (3/8) sore.
Pengujian ini menggunakan vaksin produksi Sinovac, perusahaan bioteknologi asal
China, yang didatangkan ke Indonesia oleh PT Bio Farma. Tahap I dan II uji klinis
telah selesai di China dan dinyatakan berhasil.
Pada uji tahap III, sejumlah negara ikut melakukan pengujian termasuk Indonesia.
Ketika tahap ini selesai dan berhasil, Bio Farma akan memproduksinya secara
massal.
Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir, mengatakan pihaknya tengah
meningkatkan kapasitas produksi dari 150 juta dosis jadi 250 juta dosis per tahun.
"Sehingga artinya pada 2021 kita sudah siap untuk kapasitas sebanyak 250 juta
dosis per tahun. Untuk produksi vaksinnya tentunya kami menunggu uji klinis vaksin
ini yang selesai, katakanlah Januari," terangnya usai kick off meeting uji klinis di FK
Unpad.
Mengingat kredibilitas Bio Farma sudah diakui WHO, Honesti optimis dapat
memenuhi permintaan pemerintah Indonesia awal tahun depan. “Karena teknologi
produksi kita juga sudah cukup bagus. Tergantung sekarang program pemerintah
mau berapa yang dilakukan vaksinasi,” tandasnya.
Sembari menunggu uji klinis, Bio Farma tengah berkomunikasi dengan Komisi Fatwa
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Lembaga Pengkajian Pangan Obat–obatan dan
Kosmetika (LPPOM) MUI untuk menguji kehalalan vaksin tersebut.
“Kami concern terhadap aspek kehalalan ini sehingga dalam riset dan
pengembangan vaksin akan mengutamakan penggunaan bahan-bahan yang non-
animal origin," kata Honesti Basyir.
Sementara itu, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito
mengatakan akan mengawasi uji klinis ini dari aspek ilmiah dan etik. BPOM akan
mengacu pada Pedoman Cara Uji Klinik yang Baik (CUKB). “Sebagai regulator,
Badan POM berkomitmen melakukan pengawalan sepanjang siklus perjalanan
vaksin Covid-19 di Indonesia. Mulai dari tahap uji klinik, pendaftaran untuk
memperoleh izin edar, produksi, hingga distribusi nanti,” tegasnya dalam
kesempatan yang sama.