Page 345 - Karya dan Kinerja Melewati Multi Krisis: Pandemi COVID-19
P. 345

Karya dan Kinerja
            Melewati Multi Krisis:
            Pandemi COVID-19



            dalam negeri dan internasional, ada saja pihak yang mengambil
            jalan  pintas  untuk  meraup  keuntungan  ekonomi  dengan  tidak
            peduli akan risiko kesehatan yang dapat ditimbulkan terhadap
            konsumen obat­obatan yang diproduksi dengan menggunakan
            bahan yang tidak memenuhi persyaratan baku mutu farmasi. Ini
            jelas merupakan kejahatan kemanusiaan yang sangat merugikan
            dan membahayakan kesehatan masyarakat konsumen.
                Pengalaman yang juga tidak kalah menarik dari kasus GGAPA
            ini adalah belum adanya metoda analisa untuk memeriksa ce­
            maran EG/DEG di dalam produk obat jadi karena memang pada
            da sarnya tidak dibolehkan adanya impurity atau cemaran dalam
            ba han baku yang digunakan. Hal ini mendorong  BPOM RI untuk
            ber jibaku siang malam mengembangkan metoda analisa yang valid
            dan robust untuk dapat menguji cemaran EG/DEG pada produk
            jadi. Seperti diketahui saat itu belum ada satu farmakope pun
            yang mempersyaratkan pengujian EG/DEG di sirop obat. Hasilnya
            BPOM RI berhasil mengembangkan metode  dengan menggunakan
            gas chromatography. Metode ini telah teruji dengan dilakukannya
            uji kolaborasi antara pemerintah, industri, dan universitas. Saat
            ini, metoda tersebut dimasukkan dalam Suplemen II Farmakope
            Indonesia Edisi VI, yang mengatur ketentuan pengujian cemaran
            EG/DEG pada sediaan sirop obat.
                Penelusuran lebih lanjut ditemukan bahan baku yang  digu­
            nakan tidak memenuhi persyaratan. Untuk itu terhadap semua
            produk sirop cair  yang menggunakan 4 pelarut propilen glikol,
            polietilen glikol, sorbitol, dan/atau  gliserin/gliserol dilakukan
            penghentian proses produksi dan  distribusi serta akan  ditindak­
            lanjuti  sesuai  ketentuan peraturan perundang­undangan yang
            berlaku. Produsen ini juga dikenakan sanksi administratif berupa
            penarikan dan pemusnahan produk  obat. Pendalaman juga akan
            dilakukan untuk melihat adanya pelanggaran dan  dugaan tindak
            pidana terkait cemaran EG/DEG pada sirop obat  ini.
                Melalui kerja sama yang baik dengan Kementerian Kesehatan
            dan Polri serta pihak lain, upaya penanganan kasus GGAPA ini
            dapat dilakukan dengan relatif cepat walaupun korban sudah ber­
            jatuhan.  Namun ada saja  pihak yang menyalahkan BPOM RI yang
            dituduh lalai atau kecolongan. Sebagaimana aturan dan me ka­
            nisme yang baku berlaku secara universal dalam pengawasan obat



            300
   340   341   342   343   344   345   346   347   348   349   350