Page 37 - kerajaan-kerajaan maritim
P. 37
a. Hubungan Dagang India dengan Indonesia
Menurut Van Leur, barang-barang yang
diperdagangkan pada saat itu merupakan barang-barang bernilai
ekonomi tinggi, antara lain logam mulia, perhiasan, kain tenun,
barang pecah belah, barang kerajinan, ramuan wangi-wangian,
kapur barus, dan ramuan obat. Menurut Coedes, pedagang India
sangat tertarik untuk membeli kayu gaharu dan kayu cendana yang
berasal dari Indonesia.
Kayu cendana merupakan salah satu komoditas
unggulan Indonesia yang diminati bangsa India. Bangsa
India juga memerlukan gaharu. Pada awalnya kayu
cendana dan kayu gaharu bukan komoditas utama
Indonesia. Akan tetapi, sejak kedatangan pedagang India,
kedua jenis kayu tersebut menjadi barang ekspor terkenal.
Dibeli banyak pedagang India untuk dijual kembali di
India, Arab, dan Eropa. Digunakan sebagai wangi-
wangian, obat, kosmetik, dan bahan pengawet.
Akan tetapi, sejak kedatangan pedagang India, kedua jenis kayu tersebut menjadi
barang ekspor terkenal. Dibeli banyak pedagang India untuk dijual kembali di India, Arab, dan
Eropa. Digunakan sebagai wangi-wangian, obat, kosmetik, dan bahan pengawet.
Rempah-rempah juga menjadi komoditas dagang utama setelah kayu gaharu dan kayu
cendana. Jenis rempah-rempah yang diperdagangkan, yaitu cengkih dan lada. Dalam
kitab Raghuwasma karangan Kalida disebutkan bahwa pada tahun 400 Masehi masyarakat India
telah mengenal lavanga(cengkih) yang berasa dari Dwipantara. Para ahli percaya bahwa yang
dimaksud Dwiparna adalah Kepulauan Indonesia. Akan tetapi, perdagangan lada tidak sebanyak
perdagangan cengkih karena orang India merupakan penanam dan penghasil lada yang ulung.
Perhatian pedagang India terhadap Indonesia semakin meningkat pada abad II Masehi.
Pada saat itu India mengalami kekurangan persediaan emas karena tambang-tambang emas di
India sudah terkuras. India juga kehilangan sumber emas yang berasal dari Romawi. Kaisar
Vespasianus melarang keluarnya emas dari Romawi karena akan membahayakan ekonomi
Negara. Keadaan ini mendorong para pedagang India untuk mencari sumber emas di wilayah
lain seperti Kepulauan Indonesia di Asia Tenggara. Fakta ini terlihat dari penamaan
wilayah Swarnadwipa/Swarnabumi(Sumatra) yang berarti Pulau Emas.
28.