Page 7 - Sufisme-Dalam-Tafsir-Nawawi-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 7
S u f i s m e D a l a m T a f s i r N a w a w i | 6
Saat Syekh Nawawi lahir, kesultanan Banten sedang berada
di ambang keruntuhan. Raja yang memerintah saat itu Sultan Rafi’
al-Din (1813 M), diturunkan secara paksa oleh Gubernur Rafles
untuk diserahkan kepada Sultan Mahmud Syafi’ al-Din, dengan
alasan tidak dapat mengamankan negara. Pada tahun peralihan
kesultanan tersebut (1816 H) di Banten sudah terdapat Bupati yang
di angkat oleh Pemerintah Belanda. Bupati pertama bernama Aria
Adisenta. Namun, setahun kemudian diadakan pula jabatan
Residen yang dijabat oleh orang belanda sendiri. Akibatnya, pada
tahun 1832 M, Istana Banten dipindahkan ke Serang oleh
Pemerintah Belanda. Inilah akhir kesultanan Banten yang didirikan
oleh Sunan Gunung Jati pada tahun 1527 M. Kondisi sosial politik
semacam inilah yang melingkupi kehidupan Syekh Nawawi.
Syekh Nawawi tumbuh dalam lingkungan agamis. Sejak
umur 5 tahun, Ayahnya, seorang tokoh ulama Tanara, yang
langsung memberikan pelajaran-pelajaran agama dasar kepada
beliau. Di samping kecerdasan yang dimiliki, Syekh Nawawi sejak
kecil, juga dikenal sebagai sosok yang tekun dan rajin. Beliau juga
dikenal sebagai orang yang tawadlu’, zuhud, bertaqwa kepada Allah,
3
di samping keberanian dan ketegasannya .
Intelektualisme Pesantren; Potret Tokoh Dan Cakrawala Pemikiran Di Era
Perkembangan Pesantren, Jakarta; Diva Pustaka, Seri II. Bandingkan pula dengan
Chaidar, Sejarah Pujangga Islam Syekh Nawawi al-Bantani, Jakarta; CV. Utama,
1997, hal. 5
3 Chaidar, Sejarah Pujangga Islam... hal 88

