Page 106 - Final Sejarah Islam Asia Tenggara Masa Klasik
P. 106

pernah diperlakukan olah para aktor     kemungkinan untuk meniadakan, atau,                         Tetapi sementara itu masa depan yang   Jika sekiranya keyakinan Tauhid dan
            pendukung “gelombang” terbaru sebagai   setidaknya mengurangi monopoli ulama                        makin bercorak “global” serta ditopang   hasrat transformatif dipakai sebagai
            hal-hal telah pula didapatkan, maka     sebagai “perumus realitas” menurut                          oleh penguasaan “ilmu pengetahuan dan   patokan dalam menempatkan pemikiran
            referensi diri dan sumber “mitos” tak   kecamata Islam. Dengan kata lain,                           teknologi” harus dihadapi dan masalah   dalam konteks histoire de mentalitѐ, maka
            lagi ingin dicari dari suasana apologis.   semua kecenderungan struktural ini                       keterbelakangan dan kemiskinan umat    masalah fundamental yang pertama
            Maka usaha penggalian perbendaharaan    seakan-akan memberi kemungkinan bagi                        harus pula diselesaikan. Ideologi politik   terletak pada makna yang diberikan
            ajaran doktrin dan kultural Islam,      keterlibatan seluruh umat dalam proses                      Islam mungkin sedang mengalami proses   pada konsep Islam sebagai ad-din.
            pemahaman realitas umat dan bangsa,     wacana keagamaan.                                           re-examination, tetapi strategis perumusan   Apakah ini sesuatu yng bercorak holistik
            serta predicament dunia modern, pun                                                                 sosial-kultural yang sanggup sekaligus   atau esensialistik? Apakah ad-din
            dijalankan.                             Sebagai gejala kultural, seperti telah saya                 mengatasi permasalahan keterbelakangan   merangkul seluruh aktivitas kehidupan
                                                    singgung di atas, “gelombang” kelima
            Sebagai fenomena sosial-historis        memberi kesan betapa unsur-unsur yang                       umat dan tantangan masa depan semakin   ataukah hanya berkaitan dengan hal-hal
            “gelombang” kelima memperlihatkan       pernah dominan dalam ‘gelombang-                            mendesak. “Negara” bisa jadi tidak lagi   yang langsung berhubungan dengan
            beberapa karakteristik yang menarik     gelombang” sebelumnya ingin berebutan                       menjadi sasaran utama perjuangan,      keabsahan hubungan manusia dengan
            juga. Di samping kecenderungan yang     untuk berada di atas pentas. Jika dulu,                     tetapi penghadapan diri umat semakin   pencipta-Nya dan antara sesama
            bersifat kosmopolitan dan internasional–   kesadaran akan “perbatasan umat”                         menuntut tingkat “kecanggihan”         manusia? Adakah wilayah dalam
            antara lain akibat “revolusi” komunikasi   lebih ditunjukan kepada masyarakat                       wawasan yang lebih tinggi. Maka,       kehidupan dalan mana keharusan fiqh
            dan informasi, perubahan struktural     yang masih kafir, maka kini konsep                          terlepas dari penilaian tentang telah   telah irrelevant? Kedua, apakah Islam
            pascakemerdekaan yang dialami           “perbatasan” diarahkan kepada nilai                         atau belum terjadinya terobosan yang   harus dilihat sebagai satu-satunya
            masyarakat Islam serta peristiwa-       dan kepercayaan yang dianggap sebagai                       berarti dalam dunia pemikiran Islam–   landasan yang sah dari perubahan
            peristiwa penting yang terjadi di dunia   ancaman terhadap keutuhan iman dan                        pemikiran yang berlandaskan keyakinan   sosial atau modernisasi, ataukah lebih
            Islam dan sebagainya—“gelombang”        umat—“sekularisasi”, “kristenisasi”,                        tauhid dan bersifat transformatif–yang   merupakan pemberi jawab yang otentik
            ini ditandai oleh keterlibatan golongan   Westernisasi. Kini pulalah saatnya,                       jelas, “agenda” telah teramat padat    terhadap predicament dunia modern?
            terpelajar (“sekuler”) dan generasi     kesadaran sufistik yang literer dan                         terpampang di hadapan mata. Terlepas   Ketiga, bagaimanakah doktrin Islam yang
            muda. Kebudayaan—cetak bukan saja       individualistik seakan-akan menaik                          pula dari pengakuan akan kenyataan     abadi harus dipahami, apakah secara
            makin penting, karena masyarakat        lagi. Tarekat-tarekat juga tampak subur,                    sosial tentang mayoritas umat yang     tekstual ataukah kontekstual? Apakah
            pembaca telah semakin meluas, dan       dan tak kurang pentingnya berbagai                          masih “dha’if”, keterlibatan yang makin   sikap dan jawab terhadap masing-
            berbagi sumber pesan (para penghasil    corak eksperinen untuk membentuk                            umum dan menyeluruh dalam proses       masing masalah fundamental ini, style
            “teks” dalam proses discouse) dengan    “komunitas alternatif” (yang dianggap                       wacana keagamaan semakin merupakan     atau strategi dalam usaha transformatif
            penerima pesan (para pembaca “teks”)    sesuai dengan struktur dan etik Islami)                     pandangan sehari-hari. Jika telah begini,   bisa pula berbeda-beda (yang ditolerir
            telah banyak dijembatani melalui karya-  juga dilakukan. Dan biarlah Majlis-majlis                  berbagai macam mood atau suasana       bersifat “konstitusional” dan yang
            karya terjemahan, tetapi juga, kini, telah   Ulama–-sebagai bagian dari otoritas                    hati dapat pula diperkirakan sewaktu-  dihantam bercorak social movement);
            didampingi pula oleh media elektronik.   yang berlaku– menentukan tingkat                           waktu akan muncul di saat ujian tampil   sementara intensitas perasaan atau mood
            Hal-hal ini secara teoritis mempunyai   keabsahan berbagai eksperimen ini.                          mengganggu suasana “normal”.           terhadap jawaban pun tak perlu sama.



         94     Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik                                                                                           Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik   95
   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111