Page 280 - BS IPS7K13
P. 280
Perkembangan kesultanan Aceh erat kaitannya dengan jatuhnya Malaka
ke tangan Portugis. Sejak Malaka dikuasai Portugis, para pedagang Muslim
menghindari Selat Malaka dan beralih menyusuri pesisir barat Sumatra, ke Selat
Sunda, lalu terus ke timur Indonesia atau langsung ke Cina. Hal ini mendorong
perekonomian masyarakat Aceh berkembang pesat dan menjadikan Aceh
sebagai bandar transit lada dari Sumatra dan rempah-rempah dari Maluku.
Untuk mempertahankan kedudukannya, Aceh membangun armada laut yang
kuat dan menjalin hubungan dengan kesultanan Islam di Timur Tengah seperti,
Turki Utsmani, Abessinia dan Mesir.
Kesultanan Aceh mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan
Sultan Iskandar Muda yang memerintah tahun 1607-1636 M. Kesultanan
Aceh berhasil menguasai daerah-daerah di pesisir timur dan barat Sumatra,
serta pesisir barat Semenanjung Melayu, seperti Johor dan Pahang. Pada
tahun 1629 M, Sultan Iskandar Muda berupaya merebut Malaka dari Portugis.
Namun upayanya gagal karena kekuatan Portugis lebih unggul.
Sultan Iskandar digantikan oleh Sultan Iskandar Thani yang memerintah
tahun 1636 – 1641 M. Pada masa pemerintahannya, kejayaan Kesultanan Aceh
semakin meningkat.Namun, berbeda dengan pendahulunya,Sultan Iskandar
Thani lebih mementingkan pengembangan di dalam negerinya.Pada masa ini
bidang keagamaan berkembang yang didukung oleh kehadiran seorang ulama
besar bernama Nuruddin ar-Raniri. Sepeninggal Sultan Iskandar Thani, Aceh
lambat laun mulai mengalami kemunduran. Meskipun demikian, Kesultanan
Aceh dapat bertahan sampai awal abad ke-20 M.
c. Kesultanan Demak
Sumber: https://mbahrogo.files.wordpress.com/2008/06/wilayah-kerajaan-demak.jpg
Gambar 4.49. Peta wilayah kesultanan Demak
266 Kelas VII SMP/MTs