Page 9 - GERBANG CERIA EDISI 26
P. 9
BUDAYA
Tradisi Potong Jari dari Papua
Oleh Aisyah Amy Susanto
Suku Dani merupakan suku asli Papua khususnya di Dataran Tinggi Tengah dan Lembah Baliem yang
memiliki tradisi atau kebiasaan khusus untuk mengungkapkan rasa kesedihan, yaitu dengan cara memotong
jari. Jari dianggap sebagai simbol harmoni, persatuan, dan kekuatan. Bagian tubuh tersebut juga menjadi
lambang hidup bersama sebagai satu keluarga, satu marga, satu rumah, satu suku, satu nenek moyang, satu
bahasa, satu sejarah dan satu asal. Dalam bahasa Papua, itu disebut dengan "Wene opakima dapulik
welaikarek mekehasik”.
Tradisi Potong Jari
atau biasa dikenal dengan Iki Palek, memiliki
simbol kesedihan dan kesakitan ketika ada
anggota keluarga yang meninggal dunia. Oleh
sebab itu, saat kehilangan anggota keluarga,
mereka akan segera memotong ruas jarinya.
Pemotongan jari dapat dilakukan dengan
menggunakan benda tajam seperti pisau,
kapak, atau parang. Bahkan ada beberapa
orang yang langsung menggigit ruas jarinya.
Sebelum pemotongan jari dimulai, jari akan dililit dengan benang yang membuat jari mereka mati rasa,
disusul dengan pembacaan mantra. Jari yang dililit dengan benang bertujuan untuk mengurangi darah yang
keluar akibat pemotongan. Setelah tradisi selesai, luka akan diikat dengan daun dan akan mengalami proses
penyembuhan yang diperkirakan sekitar sebulan setelah dipotong.
Menurut mereka, menangis saja tidak cukup untuk melambangkan kesedihan yang dirasakan. Rasa sakit dari
memotong jari dianggap mewakili hati dan jiwa yang tercabik-cabik karena kehilangan. Rasa sakitnya
memang tidak bisa dibayangkan. Namun, sebagai tanda kesetiaan, hanya ini yang dapat mereka lakukan.
Sebagian besar yang melakukan potong jari ini adalah wanita. Beberapa orang pria juga melakukannya,
tetapi para pria biasanya tidak melakukan potong jari, melainkan memotong kulit telinga mereka dengan
maksud dan tujuan yang sama, yaitu untuk menunjukkan rasa kesedihan yang mendalam.
Tradisi ini sudah mulai tergerus seiring berkembangnya ilmu pengetahuan. Lunturnya tradisi ini juga akibat
larangan dari pemerintah Indonesia dikarenakan alasan Hak Asasi Manusia (HAM). Meskipun tradisi ini
sudah mulai memudar, bukti nyata dari adanya tradisi potong jari sebagai simbol berkabung dapat
ditemukan pada tetua adat yang sebagian besar telah kehilangan jari tangannya karena dipotong.
05