Page 50 - Komunikasi Pendidikan
P. 50

sidang  mereka  yang  bertele-tele:  karena  merasa  dirinya


                            paling  benar  dan  paling  penting,  setiap  orang  ingin


                            berbicara dan didengarkan. Fenomena ini misalnya pernah

                            muncul dalam sidang-sidang selama berlangsungnya sidang


                            umum  Majelis  Permusyawaratan  Rakyat  (MPR)  bulan

                            oktober  1999  melalui  banjir  interupsi  dari  begitu  banya


                            peserta sidang, khusunya pada tiga hari pertama. Banyak


                            interupsi yang asal-asalan, tidak relevan, kekanak-kanakan,


                            konyol  menjengkelkan,  naif,  dan  terkadang  memuakkan.

                            Kelompok Bagito melukiskan fenomena ini dengan tepat :


                            Suasan  itu  diperlucu  lagi  dengan  para  anggota  yang

                            berebut  mencet  tombol  mike,  miri  anak-anak  yang  baru


                            medapat  mainan  anyar  dibarengi  teriakan,”interupsi  ...


                            interupsi  ...  pimpinan  hey,  pimpinan  hey...!”  seru,  norak,

                            kampungan, ingin menang sendir, semua terlihat langsung.


                            Bahkan  ada  anggota  majelis  yang  enak  saja  nyelonong


                            ngomong, walaupun pimpinan sidang – yang memang lucu itu

                            – belum memberinya waktu bicara



                                  Sebuah  kartun  melukiskan  antara  lain  beberapa


                            peserta  Sidang  Umum  MPR  yang  berupaya  menyatakan

                            eksistensi  diri  mereka  dengan  mengancungkan  tangan


                            (untuk  melakukan  interupsi)  dalam  sidangn  lembaga  yang
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55