Page 10 - Maria Teresa Rahel Naibaho (2014031018) - E book Pengelolaan SDA
P. 10

Potensi Pengolahan Hutan di Indonesia
                            Berdasarkan  potensi  pengelolaannya,  hutan  Indonesia  dapat  dikelompokan  menjadi
                       hutan pegunungan campuran, hutan Sub Montana dan Montana pegunungan, juga hutan
                       sabana.
                       1)  Hutan Pegunungan Campuran
                               Jenis hutan ini berkaitan erat dengan hasil kayunya. Tipe hutan ini meliputi 60%
                          dari seluruh hutan alam Indonesia. Vegetasi hutan di wilayah Sulawesi, Kalimantan,
                          dan Sumatra didominasi oleh jenis Dipterocarpaceae, di Nusa Tenggara dan Maluku
                          serta Papua terdapat jenis pometia spp (kayu matoa), Palaqium spp (pohon nyatoh),
                          Intsia Palembanica (kayu besi) dan Octomeles Sumatrana (benuang bini). Jenis kayu
                          tersebut  merupakan kayu penting di  Indonesia  dan mempunyai  nilai  ekonomi  yang
                          tinggi.









            Sumber:

            http://elvuelodelgavilan.blogspot.co.id/

                                                    Gambar 5 Hutan Pegunungan Campuran di Sumatra

                       2)  Hutan Sub Montana, Montana, dan Sub Alpin
                               Hutan  Sub  Montana  disebut  juga  dengan  hutan  hujan  pegunungan  bawah  yang
                          memiliki ketinggian antara 1.000-1.500 meter di atas permukaan laut. Pada wilayah
                          hutan ini vegetasi yang dijumpai Acer laurinum, Elaeocarpus ganitrus (ganitri), Eurya
                          acuminatissima,  Cinnamomum  sp  (kayu  putih),  Saurauia  pendula  (kileho),  dan
                          Weinmannia blumei (kimerak). Pada ketinggian ini dapat dijumpai pohon-pohon yang
                          memiliki  tinggi  hingga  40  m  dengan  diameter  120  cm,  sedangkan  pada  ketinggian
                          yang lebih rendah, akan dijumpai pohon-pohon yang lebih tinggi lagi.
                               Hutan  Montana  disebut  juga  hutan  hujan  pegunungan  atas  yang  memiliki
                          ketinggian 1500-2400 meter di atas permukaan laut. Pada wilayah ini ditemui jenis
                          vegetasi, seperti Dacrycarpus imbricartus (jamuju), Podocarpus blumei (kibima), dan
                          Podocarpus neriifolius (kiputri). Terdapat perbedaan yang jelas pada vegetasi di hutan
                          Montana  ini,  yaitu  pohon-pohon  agak  semakin  jarang  sehingga  mudah  melihat  ke
                          dalam  hutan  karena  pandangan  kita  tidak  terhalang  oleh  vegetasi  bawah.  Pendaki
                          yang berhenti untuk istirahat seringkali merasa lebih dingin. Vegetasi  yang tumbuh
                          pada  ketinggian  ini  mayoritas  merupakan  jenis  tumbuhan  pegunungan  sejati,  hidup
                          pada  kondisi  iklim  sedang.  Tajuk  pohon  di  Hutan  Montana  biasanya  memiliki
                          ketinggian yang sama, yaitu 20 m. Percabangan pohon lebih pendek dari percabangan
                          pohon di hutan sub montana. Pohon besar dan sangat tinggi jarang ditemukan karena
                          faktor perakaran. Daun-daun umumnya kecil. Tumbuhan yang umumnya ditemukan
                          di lantai hutan termasuk jenis yang digunakan sebagai tanaman hias yaitu Begonia,
                          Impatiens, dan Lobelia. Hutan Sub Alpin berada pada ketinggian antara 2.400-3.000
                          meter di atas permukaan laut. Zona Hutan Sub Alpin hanya terdiri dari dua lapisan
                          yaitu lapisan pohon-pohon kerdil, rapat dengan batang pohon yang kecil dan lantai

            E-Book Pengelolaan Sumber Daya Alam Indonesia                                                                               Page 7
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15