Page 89 - UKBM-B. Indonesia-smt 3-dikonversi_Neat
P. 89

BIN – 3.8/ 4.8/ 3 / 1.1







                        “Susah, Ibu. Saya punya jadwal bedah sesar setidaknya sampai akhir tahun
                        ini.  Apalagi  menjelang  hari  raya,  selain  musim  hujan,  juga  musim  orang
                        melahirkan.”

                        Saya dapat mendengar embusan napas ibu di sana. Suaranya terlalu kentara
                        untuk ruang operasi yang hening dan sepi.

                        “Apa  yang  bisa  memastikan  nyawa  anak  manusia  sampai  dengan  baik  ke
                        dunia hanya kamu?” sindir Ibu terkesan tajam.


                        “Ya  tidak,”  jawab  saya  sembari  membuka  penutup  sampah  dan  melempar
                        sarung tangan karet itu ke dalamnya.

                        “Berapa dokter kandungan di rumah sakitmu?”

                        “Tiga.”


                        “Kalau  begitu  tukar  jaga  kan  bisa,  kecuali  memang  kamu  tidak
                        menginginkannya!” sentak Ibu sebelum mengakhiri panggilan.

                        Saya mengusap wajah dengan sebelah tangan. Tidak mengerti dengan sikap
                        ibu barusan. Seolah-olah jika saya tidak bisa memasak, maka akan berbuah
                        kiamat.  Padahal,  suami  saya  saja  mengerti.  Kami  sudah  sering  memesan
                        makanan yang diinginkan dari berbagai penyedia layanan katering rumahan.

                        Dari  yang  enak  sampai  yang  sehat.  Dari  yang  dikelola  ibu  rumah  tangga
                        sampai ahli gizi juga ada. Anak-anak juga tidak jauh berbeda. Pagi terbiasa
                        sarapan roti atau sereal dengan susu. Siang makan katering sekolah, malam
                        bisa  pesan  dari  aplikasi  ponsel.  Begitu  mudah  hidup  sekarang,  mengapa
                        harus kembali mengakrabi wajan dan api?


                        ***

                        Setelah  berdiskusi  dengan  suami  dan  membujuk  rekan  bertukar  jaga,  di
                        sinilah saya sekarang, rumah ibu yang rindang. Halaman rumahnya dihiasi ;/’
                        hamparan rumput dengan dinding dirambati bunga putih berdaun lebar. Ibu
                        masih senang selera lama. Tanamannya adalah bugenvil aneka warna, telinga
                        gajah, dan lidah mertua.


                        Begitu membuka pintu, ia segera memeluk dengan erat.

                        “Saya hanya bisa sampai besok di sini.”


                        “Tidak bisa diperpanjang?”






                                                              89
   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94