Page 93 - UKBM-B. Indonesia-smt 3-dikonversi_Neat
P. 93
BIN – 3.8/ 4.8/ 3 / 1.1
***
Selepas Subuh saya berniat pamit pulang pada Ibu. Libur telah usai dan saya
harus kembali ke rumah sakit segera. Satu kali ketuk, ibu tidak menyahut.
Juga ketukan-ketukan berikutnya. Mungkin ibu tertidur selepas berzikir pikir
saya.
Namun, perkiraan saya meleset saat mendapati ibu lunglai menyandar di
pintu lemari. Tubuhnya masih terbalut mukena dengan tasbih di tangan.
Lekas-lekas saya raba pergelangan tangan dan lehernya. Nihil, ibu telah tiada
sebelum saya sempat berpamitan padanya.
Suami dan anak-anak saya menyusul pagi harinya. Pengeras suara di masjid
lantang mengabarkan kepergian ibu pada orang-orang. Sanak saudara dan
handai taulan kami berdatangan. Proses pemakaman dipersiapkan. Tidak
terkecuali sajian pada prosesi turun tanah; hari pertama kematian dimulai
sejak jenazah turun dari rumah dan dibawa menuju liang lahat.
“Kau yakin tidak mau pesan jamuan dari katering saja?” Suami saya
memandang ragu.
Saya melepas napas. “Saya hanya mau Ibu bahagia karena putrinya bisa
memasak. Walaupun cuma satu, itu juga sajian untuk kematiannya.”
Miranda Seftiana, lahir di Hulu Sungai Selatan, 16 September 1996.
Menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran ULM. Buku terbarunya
Stadium Rindu (2018) dan Jendela Seribu Sungai (2018) yang ditulis bersama
Avesina Soebli. Cerpennya terhimpun dalam buku kumpulan Cerpen Pilihan
Kompas 2015 dan 2017.
NO Pertanyaan Uraian Jawaban
1 Tulislah sinopsis pada
cerpen tersebut !
2 Tulislah simpulan pada
cerpen tersebut !
93