Page 13 - Sejarah Wajib-Kemaharajaan VOC
P. 13
yg tak dapat diawasi, Hoamoal tak dihuni lagi, orang Bugis & Makassar
meninggalkan kampung halamannya. Banyak orang-orang Eropa & sekutu-sekutu
yg tewas, semata-mata guna mencapai maksud VOC untuk memonopoli rempah-
rempah.
Pada tahun 1674, Pulau Jawa dalam keadaan yg memprihatinkan, kelaparan
merajalela, berjangkit wabah penyakit, gunung merapi meletus, gempa bumi,
gerhana bulan, & hujan yg tak turun pada musimnya.
Pada tahun 1680, VOC pada dasarnya hanya terbatas menguasai dataran-dataran
rendah tertentu saja di Jawa. Daerah pegunungan seringkali tak berhasil dikuasai &
daerah ini dijadikan tempat persembunyian pemberontak. Tidak dapat dihindarkan
lagi pemberontakan-pemberontakan mengakibatkan kesulitan & menguras dana
VOC.
Pada tahun 1682, Pasukan VOC dipimpin François Tack & Isaac de Saint-Martin
berlayar menuju Banten guna menguasai perdagangan di Banten. VOC merebut &
memonopoli perdagangan lada di Banten. Orang-orang Eropa yg merupaken saingan
VOC diusir. Orang-orang Inggris mengundurkan diri ke Bengkulu & Sumatera
Selatan satu-satunya pos mereka yg masih ada di Indonesia.
Pada tahun 1721, VOC mengumumkan apa yg dinamakan komplotan orang-orang
Islam yg bermaksud melakukan pembunuhan terhadap orang-orang Eropa di Batavia
& juga orang-orang Tionghoa.
Pada tahun 1722, perlakuan terhadap orang-orang Tionghoa bertambah kejam &
korup. Walaupun demikian jumlah orang Tionghoa bertambah dengan pesat. VOC
melakukan sistem kuota untuk membatasi imigrasi, tetapi kapten-kapten kapal
Tionghoa mampu menghindarinya dengan bantuan dari pejabat VOC yg korupsi.
Kebanyakan orang-orang Tionghoa pendatang yg tak memperoleh pekerjaan
sebagian besar mereka bergabung menjadi gerombolan-gerombolan penjahat di
sekitar Batavia.
Pada tahun 1727, pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan peraturan bahwa
semua orang Tionghoa yg telah tinggal 10 sampai 12 tahun di Batavia & belum
memiliki surat izin akan dikembalikan ke Tiongkok.
Pada tahun 1729, pemerintah kolonial memberikan kesempatan selama 6 bulan
kepada orang Tionghoa untuk mengajukan permohonan izin tinggal di Batavia
dengan membayar 2 ringgit.
Pada tahun 1730, dikeluarkan larangan bagi orang Tionghoa untuk membuka tempat
penginapan, tempat pemadatan candu & warung baik di dlm maupun di luar kota.
12