Page 15 - Sejarah Wajib-Kemaharajaan VOC
P. 15

5.        Ikut campur dalam masalah kekerajaan.
            6.        Bentuk Reaksi Rakyat Indonesia Terhadap Keserakahan dan Kezaliman VOC
            Perlakuan VOC terhadap Indonesia, menyebabkan banyak perlawanan dari berbagai penjuru.






               Keserakahan VOC (sejarah indonesia)


               Cornelis Chastelein datang di Batavia pada tanggal 16 Agustus 1674. Pada mulanya ia
               bekerja pada "Kamer XVII" kamar dagang VOC sebagai boek houder. Beberapa tahun
               kemudian ia menikah dengan Chatarina Van Qualberg. Dari pernikahan ini Cornelis
               Chastelein dikaruniai seorang putra yang diberi nama sama dengan kakeknya Anthony
               Chastelein.Pada tahun 1682, yaitu pada usia 25 tahun Cornelis Chastelein memangku
               jabatan sebagai Grootwinkelier der OostIndische Compagnie. Dan pada tahun 1691 naik
               jabatannya menjadi Tweede Opperkoopman des Casteels Batavia dengan gaji 65 gulden.
               Pada saat yang bersamaan pada waktu itu, Gubernur Jenderal Camphuys meletakan
               jabatannya dan digantikan oleh Gubernur Jenderal Van Outhoorn (1691-1704).



               1682 - Pasukan VOC dipimpin Francois Tack dan Isaac de Saint Martin berlayar menuju
               Banten           guna menguasai perdagangan di Banten. VOC merebut dan memonopoli
               perdagangan lada di Banten. Orang-orang Eropa yang merupakan saingan VOC diusir.
               Orang-orang Inggris mengundurkan diri ke Bengkulu dan Sumatera Selatan satu-satunya
               pos mereka yang masih ada di Indonesia.

               1683-1710 - VOC mengalami masalah keuangan yang sangat berat di wilayah Asia selama
               kurun waktu tersebut. Di antara 23 kantornya hanya tiga (Jepang, Surat dan Persia) yang
               mampu memberikan keuntungan; sembilan menunjukkan kerugian setiap tahun termasuk
               Ambon, Banda, Ternate, Makassar, Banten, Cirebon dan wilayah pesisir Jawa. VOC
               banyak mengeluarkan biaya-biaya yang sangat tinggi akibat pemberontakan di samping
               pengeluaran pribadi VOC yang tidak efesien, kebejatan moral, korupsi yang merajalela.
               VOC juga menuntut semakin banyak kepada rakyat Jawa, yang mengakibatkan
               pemberontakan yang terus berlanjut dan pengeluaran VOC bertambah tinggi

               1684 - Gubernur-Jendral Speelman meninggal. Terbongkarlah korupsi dan penyalah
               gunaan kekuasaan. Konon Speelman memerintah tanpa menghiraukan nasihat Dewan
               Hindia dan banyak melakukan pembayaran dengan uang VOC yang pada dasarnya tidak
               pernah ada untuk pekerjaan yang tidak pernah dilakukan. Selama masa kekuasaan
               Speelmen jumlah penjualan tekstil menurun 90%, monopoli candu tidak efektif. Speelman
               juga banyak melakukan penggelapan uang negara dan pada 1685 semua penunggalan
               Speelman disita negara.







                                                             14
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20