Page 129 - KelasIX BahasaIndonesia BG.pdf
P. 129

287,14  triliun.  Subsidi  energi  tahun  ini  mencakup  BBM/LPG
                         dengan pengajuan 210,73 triliun.
                             Sementara  itu,  realisasi  tahun  lalu  mencapai  210  triliun  dari
                         APBN-P  2013  sebesar  199,9  triliun.  Peningkatan  subsidi  BBM
                         tersebut karena lonjakan konsumsi minyak Indonesia. Di sisi lain,
                         produksi  (lifting)  minyak  tidak  mencapai  target.  Contoh,  sejak
                         tahun 2009, realisasi produksi minyak selalu di bawah target. Pada
                         tahun 2013, targetnya 840 ribu barel per hari, realisasinya 825 ribu
                         barel per hari.
                             Bagaimana  dengan  konsumsi  minyak?  Pada  tahun  2009,
                         konsumsinya sebesar 1,02 juta barel per hari. Kemudian, pada tahun
                         2013 melonjak menjadi 1,50 juta barel per hari. Dengan demikian,
                         pada tahun lalu Indonesia harus mengimpor minyak sebesar 725
                         ribu barel per hari. Indonesia adalah negara pengekspor sekaligus
                         pengimpor minyak.
                             Sejak  2004,  Indonesia  sudah  menjadi  importir  minyak  (net
                         importer  oil).  Dengan  kata  lain,  jumlah  impor  untuk  memenuhi
                         konsumsi  domestik  melebihi  jumlah  ekspor  minyak.  Sebelum
                         tahun 2004, Indonesia masih dikenal sebagai eksportir minyak (net
                         exporter oil) karena ekspor lebih tinggi dari impor.
                             Subsidi BBM harus diakui cenderung meningkat. Kondisi ini
                         tentu membebani APBN. Untuk itu, diperlukan upaya menurunkan
                         atau bahkan menghapus subsidi BBM secara bertahap. Mengenai
                         kebijakan penurunan subsidi BBM yang berdampak pada kenaikan
                         harga  BBM,  tentu  menimbulkan  pro  dan  kontra  di  berbagai
                         kalangan.
                             Kelompok  yang  setuju  penurunan  subsidi  BBM  mempunyai
                         DUJXPHQWDVL  VXEVLGL  DNDQ  PHQLPEXONDQ  LQH¿VLHQVL  GDODP
                         perekonomian.  Besaran  subsidi  tersebut  sebagian  dinikmati
                         produsen dan konsumen, namun ada yang hilang dan tak dinikmati
                         keduanya  (dead-weight  welfare  loss).  Subsidi  BBM  tidak  tepat
                         sasaran. Masyarakat yang berpenghasilan lebih tinggi menikmati
                         subsidi BBM lebih besar daripada rakyat berpendapatan rendah.
                             Dengan  subsidi,  harga  di  pasar  domestik  menjadi  lebih
                         murah.  Akibatnya,  cenderung  terjadi  konsumsi  berlebihan  (over
                         consumption)  atau  pemborosan  energi.  Kondisi  tersebut  juga
                         akan  mendorong  penyelundupan  ke  pasar  internasional.  Hasil
                         pengurangan  anggaran  subsidi  BBM  dapat  dialokasikan  untuk





                   Bahasa Indonesia                                                       131








                                  Di unduh dari : Bukupaket.com
   124   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134