Page 80 - KelasIX BahasaIndonesia BG.pdf
P. 80

Penanggap  sebenarnya  sepakat  dengan  kesimpulan
                           bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk memiliki
                           pesawat kepresidenan sendiri. Akan tetapi, alasan yang
                           tepat sebagai tanggapan terhadap permasalahan tersebut
                           juga merupakan hal yang sangat rasional.
                               Pada  zaman  Presiden  Gus  Dur  sudah  ada  wacana
                           pembelian  pesawat  kepresidenan  itu,  tetapi  dengan
                           mempertimbangkan  biaya  yang  sangat  tinggi  akhirnya
                           rencana    tersebut   tidak   direalisasikan.   Apakah
                           fakta  tersebut  tepat  sebagai  alasan?  Hitungan  dan
                           efektivitasnya dapat diuraikan dengan jelas. Pesawat itu
                           dibeli dengan harga Rp820 miliar dan mulai dibuat sejak
                           2011. Pesawat itu mampu terbang sekitar 10—12 jam,
                           mampu  menghalau  peluru  kendali,  dapat  mendarat  di
                           bandara kecil, bisa memuat rombongan Presiden hingga
                           50 orang, dan memiliki peralatan navigasi, komunikasi,
                           sistem  keamanan,  isolasi  kabin,  dan  hiburan  khusus
                           selama penerbangan. Dari total US$91,2 juta atau Rp820
                           miliar  biaya  yang  dikeluarkan  Pemerintah  Indonesia
                           untuk membeli BBJ2, US$58,6 juta dialokasikan untuk
                           badan pesawat, US$27 juta guna interior kabin, US$4,5
                           juta bagi sistem keamanan, dan US$1,1 juta untuk biaya
                           administrasi.
                               Pada    masa    pemerintahan    Susilo   Bambang
                           Yudoyono (SBY) jilid dua, wacana ini kembali muncul.
                           Dalam  perhitungan  baru,  pesawat  untuk  RI-1  ini  bisa
                           menghemat  biaya  perjalanan  hingga  Rp114  miliar  per
                           tahun. Sekretaris Negara  mengklaim bahwa jauh lebih
                           murah memiliki pesawat kepresidenan sendiri daripada
                           menyewa  pesawat  dari  maskapai  Garuda  Indonesia
                           seperti  yang  selama  ini  dilakukan.  Sistem  carter  ini
                           tidak  menguntungkan  karena  semakin  sering  Presiden
                           melakukan lawatan, biaya terus meningkat. Pada 2006
                           misalnya, anggaran lawatan dinas Presiden Rp75 miliar,
                           tahun 2007 melonjak menjadi Rp175 miliar, dan tahun
                           2009 naik lagi ke angka Rp180 miliar.
                               Alasan  berikutnya  jelas  bahwa  Indonesia  adalah
                           negara  kepulauan  yang  mau  tidak  mau  Presiden  harus
                           memiliki  pesawat  sendiri.  Tidak  mungkin  Presiden



                 82   Kelas IX SMP/MTs








                                  Di unduh dari : Bukupaket.com
   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85