Page 65 - Merayakan Guru Bangsa
P. 65

minat mereka: marching band, paduan suara, sepak
          bola, Pramuka, pencinta alam, dan semacamnya,
          yang mendidik anak-anak kita membangun cita-
          cita bersama, melatih anak-anak kita memimpin
          dan dipimpin serta belajar mengambil keputusan.
          Ini bukan ekstra atau bonus kurikuler. Ini adalah
          bagian dari makanan pokok pendidikan kita. Jadi,
          buatkanlah anak-anak kita lapangan olahraga
          dengan segenap rutinitas. Fasilitasi mereka dengan
          pusat-pusat kesenian dengan segenap pelatihnya,
          dan ajari mereka integritas: bertanggungjawab
          pada kepentingan yang lebih tinggi, sehingga
          kelak mereka tahu apa itu amanat rakyat dan tidak
          berkhianat pada rakyat.

                 Maksud hati ingin meningkatkan daya
          saing, tetapi ironisnya praktik-praktik dalam dunia
          pendidikan kita justru menunjukkan persaingan
          antar kita sendiri. Persaingan hanya sebatas
          ukuran angka-angka, bukan kualitas kemanusiaan
          anak didik.  Orangtua dipaksa bersaing secara
          materi, untuk dapat mendapatkan sekolah terbaik
          bagi anak-anaknya. Guru-guru sibuk belajar
          bahasa Inggris atas nama mengejar daya saing
          internasional, dan sekolah-sekolah mengejar nilai
          tinggi bagi siswanya, sehingga harus melakukan
          remedial berkali-kali dan bahkan bila perlu kasih
          contekan demi mengejar 100% kelulusan.

                 Pendidikan juga telah dianggap semacam
          hitung-hitungan dagang yang harus secepatnya
          terbayar kembali. Karena itu kejar kelulusan, kejar
          pekerjaan, cari uang, kembalikan biaya belajar yang


                                                    65
   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70