Page 87 - Merayakan Guru Bangsa
P. 87

kepemimpinan  perempuan,    praktik  perkawinan
          poligami, pembagian hak waris, hak menentukan
          pasangan hidup dan lain-lain.

                 Sementara    di  Yogyakarta   terdapat
          Yayasan Kesejahteraan Fatayat NU. Lembaga ini
          sesungguhnya  merupakan  badan  otonom  dalam
          lingkungan  Fatayat NU  Yogyakarta,  tetapi  kerja-
          kerja yang dilakukan cenderung terpisah dengan
          organisasi  induknya.  Dengan  menggunakan
          analisis ‘gender’ sebagai titik pusat untuk melihat
          ketimpangan  hubungan  laki-laki  dan  perempuan,
          organisasi ini melakukan pendidikan pada jaringan-
          jaringan dalam internal N.U. seperti Ikatan Pelajar
          Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Putera-
          Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU), para pengajar
          pesantren  di wilayah  Yogyakarta  dan  beberapa
          sekolah menengah atas di Yogyakarta. Lembaga ini
          menggunakan media cetak dan ekektronik dalam
          penyebaran pengetahuannya.

                 Saat Indonesia memasuki era Reformasi,
          kerja-kerja pendidikan berbasis gender ini
          membuahkan ‘hasil’. Di masa pemerintahan B.J.
          Habibie, Komnas Perempuan didirikan untuk
          menjawab pelbagai peristiwa kekerasan terhadap
          perempuan yang terjadi  pada peristiwa Mei 1998,
          ketika sejumlah perempuan Tionghoa mengalami
          pelecehan dan kekerasan seksual.

                 Di masa presiden K.H. Abdurrahman
          Wahid    dikeluarkannya   kebijakan   gender
          mainstreaming yang mengintegrasikan analisis


                                                    87
   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92