Page 8 - ANAK KOS DODOL
P. 8

dosen  *anak  ekonomi  kok  nanya  kalkulus!  Ketahuan  ngibul!  Hihihi.  Seluruh  penghuni  kos
               bersembunyi di balik tembok. Tanpacuriga, calon korbam membahas kalkulus dengan tere.




               Kamo mennti dengan perasaan tegang dan gembira. ''wah bakal seru nih!'' pikirku excited. Sesuai
               rencana,  di  hitungan  ke3,  julia  dan  disti  yang  membawa  ember  berisi  adonan  berbau  biusuk
               meloncat dari persembunyian.



               splashhh... Julia menyiramkan ember ke tubuh kay, tere langsung menyingkir sambil tertawa-
               tawa.  Eitss..  Meleset.  Kena  dinding.  Mampus!  Bersihinnya  bakal  susah  nih!  Anak-anak
               mengepung sambil tertawa-tawa ganas.



               Tere melempar telur busuk. Meleset lagi. Kami menjerit seru dan berlari kocar-kacir ke segala
               arah.  Ups,  aku  nyaris  terpleset  tapi  cepat-cepat  memeluk  tiang.  Kayla  ngacir  ke  garasi
               menyelamatkan  diri.  Semua  terbahak-bahak  melihatnya  pontang-panting  menghindari  serbuan
               benda asing.




               Kejadiannya  begitu  cepat.  Tiba-tiba,  gadis  itu  menginjak  pecahan  telur  dan...  Gubralkk!
               Terpleset  !  Ia  jatuh,  ponggulnya  mencium  lantai  dan  pingsan  seketika!  Sorak  sorai  dan  tawa
               langsung  lenyap.  Berganti  kepanikan.  Anti  mengambil  ponsel  dan  menelepon  rumah  sakit.
               Ambulans datang tak lama kemudian.



               Kayla segera dibawa ke RSU. Hura-hura siang itu berubah jadi tangisan. Sesal. Takut. Sedih.
               Duh, bagaimana nasib kayla? Bagaimana kalau ternyata parah? Mana senin besok ia ujian! Kami
               semua berangkat ke rumah sakit dalam senyap. Disti menelpon orang tua kayla di rangkasbitung.
               Tangis ibunya pecah dan mereka berjanji akan segera datang.




               Kami  semua  duduk  di  ruang  tunggu  tanpa  berkata-kata.  Peristiwa  mengerikan  itu  berkelebat
               terus  di  benak.  Duh,  seandainya  kejadian  tadi  bisa  diputr  ulang  bak  fil,.  Ingin  rasanya
               membatalkan acara konyol itu. Aku menatap wajah teman-teman. Sepucat kapas.
   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13