Page 246 - SEJARAH WAJIB KELAS X_Neat
P. 246

Bruinessen menyatakan, “Pendidikan agama cukup menonjol ketika
                 Belanda datang untuk pertama kalinya pada 1596 dan menyaksikan
                 bahwa orang-orang Banten memiliki guru-guru yang berasal dari
                 Mekkah”.


                       Di Palembang, istana (keraton) juga difungsikan sebagai pusat
                 sastra dan ilmu agama. Banyak Sultan Palembang yang mendorong
                 perkembangan intelektual keagamaan, seperti Sultan Ahmad
                 Najamuddin I (1757-1774) dan Sultan Muhammad Baha’uddin
                 (1774-1804). Pada masa pemerintahan mereka, telah muncul banyak
                 ilmuwan asal Palembang yang produktif melahirkan karya-karya ilmiah
                 keagamaan: ilmu tauhid, ilmu kalam, tasawuf, tarekat, tarikh, dan al-
                 Qur’an. Perhatian sultan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
                 Islam tercermin pada keberadaan perpustakaan keraton yang memiliki
                 koleksi cukup lengkap dan rapi.


                       Berkembangnya pendidikan dan pengajaran Islam, telah berhasil
                 menyatukan  wilayah  Nusantara  yang  sangat  luas.  Dua  hal  yang
                 mempercepat proses itu yaitu penggunaan aksara Arab dan bahasa
                 Melayu sebagai bahasa pemersatu (lingua franca). Semua ilmu yang
                 diberikan  di  lembaga  pendidikan  Islam  di  Nusantara  ditulis  dalam
                 aksara Arab, baik dalam bahasa Arab maupun dalam bahasa Melayu
                 atau Jawa. Aksara Arab itu disebut dengan banyak sebutan, seperti
                 huruf Jawi (di Melayu) dan huruf pegon (di Jawa). Luasnya penguasaan
                 aksara Arab ke Nusantara telah membuat para pengunjung asal Eropa
                 ke Asia Tenggara terpukau oleh tingginya tingkat kemampuan baca
                 tulis yang mereka jumpai.


                       Pada 1579, orang Spanyol merampas sebuah kapal kecil dari
                 Brunei. Orang Spanyol itu menguji apakah orang-orang Melayu yang
                 menyatakan diri sebagai budak-budak sultan itu dapat menulis. Dua
                 dari tujuh orang itu dapat (menulis), dan semuanya mampu membaca
                 surat kabar berbahasa Melayu sendiri-sendiri.








                                                                                  Sejarah Indonesia  237
   241   242   243   244   245   246   247   248   249   250   251