Page 13 - SEJARAH PERLAWANAN TERHADAP IMPERIALISME DAN KOLONIALISME DI KALTIM
P. 13
(
maksa Belanda untul<· merubah politiknya terhadap daerah
Kalimantan Timur adalah ketika James Brooke seorang avon-
turis Inggeris berhasil mendapatkan daerah Serawak pada ta-
hun 1840 dengan sewa 20 .000 dollar setahun dari Sultan Be-
runei, yang kemudian diakuinya sebagai miliknya sendiri.
Kemudian Sultan Berunei pada tahun 1846 menyerahkan
2
Labuhan kepada pemerintah Inggeris.: Walaupun pemerititah
Belanda mengadakan protes tetapi tidak berhasil seperti halnya '
ketika Inggeris menduduki Singapura.
Untuk mencegah terulangnya peristiwa seperti itu, maka
pemerintah Belanda mengadakan perluasan wilayah ke arah
Kalimantan Timur yang masih berdaulat dan merdeka. Walau-
pun sejak tahun 1817 antara Sultan Banjarmasin dan Belanda
telah ada perjanjian yang antara lain menyebutkan bahwa
wilayah Pasir, Kutai, Berau diserahkan pada Belanda, perjan-
jian itu hanyalah merupakan tanda formal bahwa pemerintah
Hindia Belanda berkuasa atas wilayah Kalimantan Selatan,
sampai ke Kalimantan Timur. Akan tetapi kedudukan serta
kekuatan Belanda belum berarti a,a-apa sehingga Residen
hanyalah merupakan lambang politik belaka. Kemudian ke-
adaan ini berubah dengan adanya usaha negara-negara Eropah
lainnya (lnggeris) untuk mencari hubungan dengan kerajaan-
kerajaan di Kalimantan Timur yang memaksa pemerintah Be-
landa untuk merubah politiknya ke arah penguasaan langsung
atas wilayah Kalimantan Timur. Agar bisa mencegah meluas-
nya imperialisme lainnya ke wilayah Kalimantan Timur, maka
pada tahun 1846 pemerintah 'Hindia Belanda mengangkat
Asisten Residen yang pertama H. Van Wall di Palaran. Kemu-
dian pada tahun 1896 Samarinda dijadikan pusat pemerintah-
an Afdeeling Oost Borneo. Kemudian Belanda mengadakan
3
perjanjian-perjanjian dengan raja-raja di daerah Kalimantan
Timur agar mengakui kekuasaan Belanda atas wilayahnya,
. - -- -·------ - --.
-
2: Krom J.S., Memorie Overgave en overname, Ktr Controleur Tanjungredeb,
1940
3. DR. J. Eisen berger, Kroniek Zuider en Doster afdeeling van Borneo, Banjar-
masin, 1936, hal 3.
4