Page 72 - SEJARAH PERLAWANAN TERHADAP IMPERIALISME DAN KOLONIALISME DI KALTIM
P. 72
kam oleh La Madukelleng putra Arung Parieki dari kerajaan ·
W~o (Sengkang).
Peristiwa tersebut terjadi pada waktu acara menyabung
ayam dalam suatu gelanggang khusus di depan lstana raja
Bone. Pada jaman itu adalah umum bila ada perhelatan besar,
terutama perkawinan raja-raja, maka dipancangkanlah gelang-
gang sabung ayam. Para penonton terutama raja-raja, meng-
ikutinya dengan taruhan yang besar.
Pada upacara perkawinan agung tersebut raja Bone
mengundang raja-raja tetangganya, termasuk juga raja Wajo.
Raja Wajo yang mengutus putra dari Paneki yaitu anak Petta
Cakkuridi. Petta Cakkuridi ini adalah anggota pemerintahan
kerajaan Wajo (menteri) tetapi beliau juga Arung dari Paneki.
Beberapa hari menjelang perkawinan agung berlangsung,
raja-raja yang diundang ikut bermain menyabung ayam dengan
taruhan terse but.
Perutusan kerajaan Wajo terdiri dari 28 orang putra-putra
bang5awan Wajo dikepalai oleh La Madukelleng. Rombongan
ini tak mau ketinggalan ikut menyabung. Namun malang bagi
rombongan utusan Wajo tersebut, ayam mereka kalah dan
mati. Para penonton dalam gelanggang tersebut bersorak sorai,
bahkan ada yang mengejek dan mencemoohkan utusan Wajo
tersebut dengan kata-kata yang menyakitkan hati.
La Madukelleng yang duduk berdampingan dengan putra
Makadangngi Tana kerajaan Bone (bangsawan tinggi Bone),
merasa tersinggung karena mendengar kata-kata penghinaan
yang di luar tatacara menyabung ayam yang lazim menurut
adat terus menghunus kerisnya dan menikamnya kepada Ma-
kadangngi Tana kerajaan Bone yang duduk didekatnya, putra
bangsawan Bone tersebut tersungkur dan meninggal di tempat
itujuga.
Dalam suasana keributan yang terjadi dihadapan sauraja
Bone (istana) itu, La Madukelleng beserta pengikut-pengikut-
nya meninggalkan gelanggang penyabungan dengan menung-
63