Page 69 - SEJARAH PERLAWANAN TERHADAP IMPERIALISME DAN KOLONIALISME DI KALTIM
P. 69
Pada tanggal 28 April 1910 Sultan Muhammad Alimud-
din menimggaL dunia. Karena Pangeran Adipati Anom Soeria
putra mahkota masih di bawah umur dengan Surat Keputusan
Gubememen tanggal 26 September 1911 no. 17 diangkat
Pangeran Mangku Negorosebagai Regent van Koetei.
Sesudah Pangeran Adipati Anom Soerfa Adiningrat akil
baliq berdasarkan Surat Keputusan Gubememen tanggal 14
Nopember 1920 diangkat menjadi Sultan Muhammad Parikesit
dari kerajaan Kutai Kert~negara; Gaji dan pendapatan lain di-
terima dari Kes kerajaan f. 322.900 (Tiga ratus dua puluh dua
ribu sembilan ratus gulden), setahun. Dengan Sultan pengha-
bisan ini dibuat pula suatu perjanjian yang disebut Zeljbestu.ur
regelen Staatsblad 1930 no. 529 di Samarinda isinya mengenai
sistem pemerintahan untuk kepentingan Belanda.
Dengan politik-penjajahannya yang licik dan memberikan
fasilitas yang menyenangkan, Gubememen Belanda dapat men-
jinakkan Sultan-sultan dengan orang besamya, sehingga sesu-
dah Sultan Salehuddin meninggal dunia tidak ada lagi perla-
wanan bersenjata dari kerajaan Kutai Kertanegara. Perjanjian
dan kontrak yang mengikat raja-raja itu, menyebabkan rakyat
tidak dapat b~rgerak untuk mengadakan perlawanan baik de-
ngan senjata maupun melalui bidang politik. Betapa kuatnya
ikatan dan cengkeraman Belanda terhadap kerajaan Kutai,
sehingga kerajaan Kutai tak dapat bergerak apa-apa kecuali
memilih altematif, mentaati perjanjian demi perjanjian yang
telah ditanda tangani.
Keadaan ini berlangsung terus sampai masuknya tentara
Jepang tahun 1942. Pada masa awal pemerintahan imperialis-
me Jepang, rakyat . Kalimantan Timur menunjukkan simpati-
nya, khususnya di daerah Kutai terutama dengan semboyan
tiga A-nya. Tetapi setelah Jepang menunjukkan sikap yang
bertentangan dengan janjinya, maka sikap rakyat pun memba-
likmenjadi antipati:
Saat-saat Jepang menghadapi kehancurannya, rakyat
Muara Muntai di hulu Mahakam mempunyai kesempatan un-
l 60