Page 17 - E-MODUL STUDI AGAMA KONTEMPORER
P. 17

tumbuh bersama sistem. Sikap ektrem ini berkembang biak tengah-tengah panggung
                                                                                                15
                       yang mempertontonkan kemiskinan, kesenjangan sosial atau ketidakadilan.

                          Secara internal agama, fenomena kekerasan agama bisa terjadi karena merupakan

                       respons terhadap penyimpangan ajaran agama yang dilakukan oleh sekelompok orang.
                       Oleh karena itu, dalam perspektif kelompok tertentu, jalan kekerasan harus dilakukan

                       untuk  memaksa  dalam  rangka  melakukan  pemurnian  kembali  agama  yang  telah
                                                                    16
                       dirasuki penyakit tahayul, bid’ah dan khurafat.  Padahal, untuk menganut ajaran Islam
                       itu tidak ada paksaan di dalamnya. Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah : 256

                                   َّ
                                                   َّ
                                                                      ْ
                              ِد  اقاف ِهللا ِ ب  ْن ِم ْؤُيو ِتوُغاطلا ِ ب  ْرُف ْكاي  ْن ا ماف ۚ  ياغلا  ان ِم ُدْش ُْرلا  انَّيابات ْداق ۖ نيِ دلا يِف ا ها ا ر ْكإ  ا لَ
                                                                                          ِ
                                                                  ِ
                                            ا
                                                                                                       ِ
                                                                                                ْ
                                                                 َّ
                                                                                      ْ ْ
                                                       ٌ ميِلاع  ٌعي ِماس ُهللاو ۗ اهال ما اصِفْنا  ا لَ ىاقث ُ ولا ِةو ْرُعلا ِ ب  اكاس ْماتْسا
                                                                                    ٰ
                                                                       ا
                                                                    ا
                                                                          ا
                                                                                            ا
                          Artinya : “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama Islam ; sesungguhnya telah
                       jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa yang
                       ingkar kepada Thagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh dia telah berpegang
                       teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Pendengar, Maha
                       Mengetahui.”
                          Dalam ayat tersebut dijelaskan tentang larangan melakukan kekerasan dan paksaan
                       bagi umat Islam terhadap orang yang bukan muslim untuk memaksa masuk Agama

                       Islam. Tidak pula dibedarkan adanya paksaan untuk menganut agama Islam. Kewajiban

                       kita hanyalah menyampaikan agama Allah kepada manusia dengan cara yang baik dan
                       penuh kebijaksanaan, serta dengan nasihat-nasihat yang wajar, sehingga mereka masuk

                       agama Islam dengan kesadaran dan kemauan sendiri (An-Nahl/16: 125). Apabila kita
                       sudah menyampaikan kepada mereka dengan cara yang demikian, tetapi mereka juga

                       tidak mau beriman, itu bukanlah urusan kita, melainkan urusan Allah. Kita tidka boleh

                       memaksa  mereka.  Karena  iman  adalah  keyakinan  dalam  hati  sanubari  dan  tak
                       seorangpun dapat memaksa hati seseorang untuk meyakini sesuatu apabila diri sendiri
                                     17
                       tidak bersedia.

                  B. Sejarah Lahirnya Radikalisme






                  15  Zuly Qodir, Radikalisme Agama di Indonesia , (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2014), hlm 117
                  16  Agus Purnomo, Ideologi Kekerasan ; Argumen Teologis-Sosial Radikalisme Islam (Yogyakarta : Pustaka
                  Pelajar, 2009), hlm. 36-37.
                  17  Kementerian Agama Islam, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011) jil. 1, hlm. 380-381.
                                                              2
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22