Page 18 - E-MODUL STUDI AGAMA KONTEMPORER
P. 18
Tidak ada suatu Negara, Agama dan umat beragama yang terbebas dari gerakan-
gerakan radikalisme. Radikalisme muncul adanya diskriminasi, kecemburuan sosial,
hancurnya tatanan sosial, politik dan ekonomi. Radikalisme agama turut mewarnai citra
agama Islam kontemporer.
Berawal dari terbentuknya ikhwanul muslimin (IM) sebagai embrio radikalisme.
Banyak informasi media massa melansir organisasi tertua dari organisasi-organisasi
radikal di dunia, khususnya di timur tengah seperti mesir, sudan, Lebanon, yordania,
Kuwait, Arab saudí, bahroin dan Qatar. IM terbentuk pada 1982 didirikan oleh Hasan
Al-Banna, kemunculan IM merupakan respons terhadap berbagai perkembangan yang
terjadi di dunia Islam (khususnya timur tengan), berkaitan dengan makin luasnya
dominasi imperialis barat IM banyak merekrut kaum terpelajar dan buruh.
Pada akhir tahun 1948 dan awal 1949 IM mulai melancarkan serangan terhadap
Inggris dan Yahudi di mesir yang menyebabkan terbunuhnya perdana mentri Mahmud
Fahmi Al-nuqrasyi dan Al-banna sendiri (ayubi,2001).
Pada 26 Agustus 1942 di Lahore, pakistan Maulana sayyid Abu Al-A’la Madudi
memperjuangkan komunitas Islam yang terpinggirkan, partai jama’at Islam berhasil
mendapatkan popularitas dan mampu menguasai perpolitikan pada masa Zia ulhaq
(1988) untuk pertama kalinya partai ini memiliki kekuatan yang besar karena dekat
dengan lingkaran kekuasaan namun eksistensi jama’at Islam dalam poliyik kurang
berkembang setelah jama’at islam di palestina.
Dunia kembali dikejutkan dengan meletusnya revolusi iran (1979) revolusi iran
menjadi babak baru keberhasilan revivalisme Islam dalam merubah tatanan politik
dominasi barat segala bentuk yang berkaitan dengan barat di hancurkan. Revolusi Iran
menampilkan partai mullah kepentas politik iran dan tidak pernah dipikirkan oleh
pengamat politik. Partai mullah mempunyai hubungan dengan hizbullah di Lebanon
karena kesamaan pendiri yaitu para ulama syiah. Para ulama syiah menjalani
pendidikan bersama di sekolah-sekolaj teologi di irak, khususnya di kota najat (salah
satu kota suci bagi umat syiah) pada akhir tahun 1950-an dan 1960-an mereka sangat
aktif merumuskan suatu respon islam terhadap (ideologi) nasionalisme dan
sekularisme.
3