Page 132 - FullBook Keperawatan Komunitas
P. 132

Bab 9 Terapi Komplementer                                     115


              9.7 Terapi Energi


              9.7.1 Qi Gong

              Qi Gong (气功) sebenarnya merupakan bentuk Tai Chi namun lebih banyak
              gerakkan statis dibandingkan gerakkan dinamis. Hal ini disebabkan karena Qi
              Gong  lebih  mengutamakan  kendali  pernapasan  dibandingkan  perubahan
              postur. Studi yang pernah dilakukan pada lansia setelah diberikan terapi Qi
              Gong selama 12 minggu, menunjukkan nilai status kesehatan secara umum
              (p=  0,0001),  kesehatan  fisik  (p=0,001),  dan  aktivitas  sehari-hari  (p=0,026)
              yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol yang hanya membaca surat
              kabar saja (Tsang et al., 2013).
              9.7.2 Reiki

              Reiki (霊気) meskipun berasal dari metode Tibet namun memiliki asal kata
              dari  bahasa  Jepang  yaitu  Rei  (霊)  yang  berarti  semesta  dan  Ki  (気)  yang
              berarti energi, sama dengan Qi. Reiki memanfaatkan lapang bioenergi tubuh
              untuk  tetap  seimbang  yang  dapat  dilakukan  secara  mandiri  atau  dengan
              sentuhan ringan (Miles and True, 2003). Reiki berupaya untuk memulihkan
              energi tubuh dengan “menstabilkan” energi sendiri dengan memfokuskan diri
              merasakan energi atau dengan energi luar atau orang lain untuk membantu
              menstabilkan energi tersebut (Davis, 2004). Energi tersebut dapat difokuskan
              pada  area  tertentu  pada  tubuh  yang  memerlukan  pemulihan  energi.
              Penggunaan Reiki pada pressure point di zona meridian dapat meningkatkan
              efek Reiki. Nursing Intervention Classification (NIC) telah memasukkan Reiki
              menjadi salah satu intervensi keperawatan (Bulechek, G.M., Butcher, H. K .,
              & Dochterman, 2008).

              9.7.3 Terapi Elektromagnetik
              Meskipun  belum  teridentifikasi  bagaimana  mekanisme  elektromagnet  befek
              pada fisiologis tubuh, namun diketahui bahwa pengukuran intensitas lapang
              medan magnetik dapat memblok terjadinya potensial aksi saraf yang diduga
              sebagai  saraf  mekanoreseptor  dan  nosiseptor.  Hal  tersebut  terjadi  karena
              adanya  perubahan  konfigurasi  kanal  natrium  pada  membran  sel  yang
              diperlukan  untuk  proses  depolarisasi  (Davis,  2004).  Oleh  karena  itu,  terapi
              elektromagnetik dapat dimanfaatkan untuk menangani sensasi nyeri.
   127   128   129   130   131   132   133   134   135   136   137