Page 159 - FullBook Pengantar Riset Keperawatan
P. 159

Bab 11 Analisa Data                                           145


              Namun, hal yang perlu dicamkan baik-baik adalah data yang dianalisis adalah
              data yang telah dikonversi dari data numerik menjadi data kategorik (antara
              ordinal atau nominal tergantung keputusan peneliti).
              Sebagai contoh:

              “Seorang peneliti ingin menguji adanya hubungan antara penilaian perawat
              A  dan  perawat  B  dalam  menggunakan  Numeric  Rating  Scale  (NRS),
              sehingga dapat diketahui validitas dan reliabilitas alat ukur tersebut, namun
              data  tidak  terdistribusi  normal  sehingga  peneliti  mengonversikan
              parameter skala nyeri (rasio) menjadi tingkat nyeri (ordinal).”

              Dalam kasus tersebut, maka pilihan uji statistik yang tepat adalah Spearman’s
              rho.

              Uji statistik Koefisien Phi dan Cramer’s V digunakan jika skala ukur kedua
              variabel  yang  ingin  dikorelasikan  adalah  nominal.  Perbedaan  penggunaan
              kedua uji statistik tersebut adalah pada jumlah dimensi atau kategori atau hasil
              ukur dari variabel. Contohnya, variabel jenis kelamin memiliki dimensi laki-
              laki dan perempuan sehingga variabel tersebut bersifat dikotomi (dua dimensi),
              sedangkan variabel agama memiliki enam dimensi (Islam, Kristen, Katolik,
              Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu) sehingga bersifat polikotomi. Bagaimana
              jika  salah  satu  variabel  yang  akan  dikorelasikan  bersifat  dikotomi,  tetapi
              variabel lainnya polikotomi? Dalam hal ini, peneliti dapat memilih Cramer’s V
              karena terdapat variabel dengan sifat polikotomi.
              Pada analisis korelasi, setidaknya ada tiga analisis yang dapat dilakukan, yaitu
              signifikansi, sifat, dan kekuatan korelasi. Pengambilan kesimpulan signifikansi
              korelasi dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi (p-value) hasil
              analisis dengan nilai kritis (α) sesuai tingkat kepercayaan (confidence interval
              [CI]) yang ditetapkan peneliti.

              Pengambilan keputusan (Pagano, 2010) dapat dilakukan sebagai berikut:
                  •  Ketika p > α, maka H0 diterima
                  •  Ketika p ≤ α, maka H0 ditolak sehingga Ha diterima

              Sifat  dan  kekuatan  korelasi  dapat  dinilai  pada  koefisien  korelasi  yang
              didapatkan dari hasil analisis. Sifat korelasi dapat berupa korelasi negatif dan
              positif. Korelasi negatif bermakna hubungan berbanding terbalik atau dengan
              kata  lain  ketika  satu  variabel  mengalami  penurunan  maka  variabel  lainnya
   154   155   156   157   158   159   160   161   162   163   164