Page 102 - Dalam Dekapan Ramadhan
P. 102
http://pustaka-indo.blogspot.com tertelan kembali, ini tidak membatalkan puasa. Dengan
DALAM DEKAPAN RAMADHAN
catatan, apabila dahak yang tertelan itu turun dari kepala
ke hidung kemudian tenggorokan, sebelum masuk rongga
mulut.
Begitu juga dengan kasus orang puasa yang menelan
sisa-sisa makanan yang masih tertinggal di sela-sela gigi-
nya, itu juga tidak membatalkan puasa.
Menelan ludah—kadang saat berciuman dengan istri,
ludah mereka bercampur—apabila ludah itu di telan,
maka puasanya batal. Tetapi kalau ludah sendiri tidak
mem batalkan. Jika ludah sendiri bercampur dengan benda
lain atau cairan lain kemudian ditelan, itu membatalkan.
Pastinya ini ludah yang masih di dalam mulut, ludah
yang dihasilkan enzim khusus, bukan ludah yang sudah
keluar rongga mulut.
Kalau misalnya berwudhu, dan berkumur-kumur,
apabila tanpa sengaja airnya tertelan, itu tidak membatal-
kan puasa. Memakai tetes hidung atau tetesan lain dalam
rongga terbuka membatalkan puasa, kecuali tetes mata,
tetes mata tidak membatalkan puasa.
Bagaimana jika kita melakukan pelanggaran karena
tidak tahu hukumnya? Ada dua kondisi; kalau orang itu
tinggal di lingkungan minoritas Islam atau baru masuk
Islam, hal itu dimaafkan dan puasanya tidak batal. Tetapi
kalau dia hidup di antara komunitas Islam dan sudah
lama masuk Islam, itu tidak bisa dimaafkan. Puasanya
batal dan dia wajib meng-qadha, sesuai sebab batal dan
pelanggarannya.
Kita tidak menyebutkan contoh infus, karena itu jelas-
jelas membatalkan puasa. Sejatinya orang yang diinfus
adalah orang yang benar-benar dalam keadaan yang
tidak memungkinkan puasa. Jadi dengan keadaannya
saat itu, dia sudah tidak wajib berpuasa, meskipun wajib
meng-qadha-nya.
88
pustaka-indo.blogspot.com