Page 119 - Dalam Dekapan Ramadhan
P. 119
http://pustaka-indo.blogspot.com juga fidyah, dan dia tidak berdosa. Kewajiban itu men-
DALAM DEKAPAN RAMADHAN
jadi gugur secara otomatis, seperti orang yang meninggal
belum sempat melaksanakan haji.
dia meninggal dunia setelah ada waktu dan
Kedua,
puasanya, tetapi dia
kesempatan untuk meng-qadha
belum melaksanakannya sampai dia meninggal.
Puasa adalah ibadah badaniyah. Setiap individu wa -
jib melaksanakannya sendiri. Tidak boleh diwakili. Sama
seperti halnya shalat. Tidak boleh seseorang melakukan
shalat untuk orang lain. Dalam puasa para ulama berbeda
pendapat, apakah boleh diqadha oleh ahli warisnya
seperti haji? Atau tidak boleh, seperti shalat?
Mayoritas ulama, yang terdiri atas Imam Malik, Imam
Abu Hanifa, dan Imam Syafi’i dalam mazhab jadidnya
mengatakan, “Ahli waris tidak boleh meng-qadha puasa-
nya, tetapi mereka harus membayar satu mud kepada
fakir miskin untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan.”
Ber dasarkan hadis Rasulullah dari Ibnu Umar ra., “Apa-
bila seseorang meninggal dunia dan masih terikat utang
puasa, maka berilah makan seorang miskin untuk setiap
harinya.” (HR. Tirmidzi)
Imam Ahmad dan Imam Syafi’i dalam mazhab qadim-
nya mengatakan ahli waris ataupun orang lain boleh ber-
puasa untuk meng-qadha puasa itu, berdasarkan hadis dari
Aisyah ra., Rasulullah bersabda, “Siapa yang meninggal
dunia, dan masih terikat utang puasa, maka ahli warisnya
boleh berpuasa untuknya.” (HR. Muttafaq alaih)
Imam Nawawi selaku “penengah” dalam mazhab Syafi’i
mengatakan bahwa pendapat Syafi’i dalam mazhab qa-
dimnya yang paling benar. Ustzuna Prof. Wahbah Zuhaily
memilih pendapat pertama, bahwa tidak boleh berpuasa
untuk orang lain, sedangkan adik beliau Prof. Muhammad
Zuhaily mengikuti pendapat Imam Nawawi.
105
pustaka-indo.blogspot.com