Page 43 - E-modul PBL Sistem Respirasi Manusia Terintegrasi QR Code
P. 43
sepanjang bronkus, trakea, dan laring akan bekerja lebih lambat, sehingga kecepatan
pergerakan mukus beserta semua kotoran yang dibantu oleh silia agar dapat keluar
akan semakin menurun (semakin lambat) (Nurrahmah, 2014). Alhasil perokok akan
lebih banyak mengalami batuk-batuk untuk dapat mengeluarkan mukus serta semua
kotoran tadi. Tidak hanya itu, asap rokok juga akan mengakibatkan aktifnya makrofag
dan neutrofil yang ada di sepanjang saluran pernapasan (Saminan, 2016). Makrofag
dan neutrofil yang sejatinya termasuk ke dalam sistem pertahanan tubuh akan
merespon dengan melepaskan enzim protease yang akan membuat jaringan ikat di
lapisan paru-paru akan rusak, sehingga berakibat pada penyakit lainnya yaitu
Emfisema (gambar 3.2). Emfisema akan penyebabkan paru-paru (khususnya alveolus)
kehilangan elastisitasnya sehingga kantong alveolus tidak terlihat menggembung lagi.
Gambar 3.2 Perbandingan Alveolus Normal dengan Alveolus yang Mengalami Emfisema
Sumber : www.idnmedis.com
Emfisema ditandai dengan rusaknya dinding alveolus yang akan menyebabkan
adanya rongga udara yang besar di dalamnya, sehingga tempat untuk oksigen bisa
berdifusi akan berkurang (Tortora & Derrickson, 2014). Hal ini akan mengakibatkan
banyaknya udara yang “terjebak” di dalamnya setelah seseorang menghembuskan
napas (ekshalasi). Jika seseorang sudah terkena emfisema, maka pengobatan yang
terbaik ialah dengan menghentikan kebiasaan merokok, melatih cara bernapas (karena
penderita emfisema kesulitan untuk bernapas), serta menggunakan obat-obatan jenis
bronkodilator yang dapat membantu melegakan pernapasan.