Page 458 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 458
Pengayaan Materi Sejarah
pendobrak pembuka mata kita semua bahwa kita putra-putra Indonesia
sama saja dengan orang Jerman, sama saja dengan orang Amerika‖,
tulis Habibie—yang kemudian menjadi Presiden Indonesia ketiga dan
5
tersingkat dalam sejarah Republik.
Di mata Habibie sendiri, penguasaan teknologi pesawat dirgantara
adalah strategi ―mulai di akhir dan berakhir di awal‖. 6 Bukan saja
penguasaan teknologi dirgantara adalah yang paling sulit, dan bila telah
menguasainya dengan mudah dapat menguasai teknologi yang lebih
rendah tingkat kesulitannya, seperti teknologi kendaraaan bermotor
(mobil atau sepeda motor). Teknologi juga berarti pemakmuran dan
penyejahteraan sekelompok masyarakat ke tingkat kehidupan yang
lebih layak.
Lebih dari itu, penguasaan teknologi dirgantara adalah soal
emansipasi sosial dan pemanusiaan orang Indonesia secara kolektif
kebangsaan. Habibie sendiri sering mengatakan bahwa penguasaan
teknologi dirgantara bukan semata-mata mimpi dirinya secara personal,
melainkan adalah cita-cita kolektif kebangsaan para pemimpin nasional
generasi Bung Karno. Habibie yang dikirim belajar itu adalah gelombang
ke empat di tahun 1954. Gelombang pertama dikirim pada tahun 1951,
7
ketika Habibie sendiri baru kelas satu SMA.
Teknologi adalah soal nasionalisme, soal pengakuan sebagai
manusia. Inilah retorika yang selalu menyertai argumen Habibie tatkala
ia membicarakan pentingnya penguasaan teknologi. 8 Motivasi
nasionalistik dan pemanusiaan berteknologi tersebut dapat dipahami
bila kita lacak konteks biografi Habibie sendiri ketika ia masih muda,
9
tatkala konsep dirinya tengah terbentuk. Ia dapat belajar teknologi
dirgantara adalah karena visi pemimpin nasional pada awal tahun 1950-
an, yang hendak menciptakan manusia unggul dalam bidang teknologi.
Habibie sendiri—sebagaimana dikemukakan pada bagian akhir tulisan
ini—diusap-usap kepalanya oleh Muhammad Yamin, sambil
mengatakan bahwa dirinya adalah penerus masa depan bangsa, dan
didoktrin harus berperan strategis di masa depan seperti halnya peran
kesejarahan yang dimainkan sekelompok pemuda Jepang di era
Restorasi Meiji abad ke-18. 10
Bab ini coba mendiskusikan kaitan nasionalisme (sebagai
penegasan harga diri kolektif bangsa), teknologi, dan globalisasi, hal
11
12
mana telah dirintis sekaligus diinspirasikan oleh Mràzek dan Goss. .
446