Page 57 - E-MAGAZINE JILID 1
P. 57
Sistem tersebut dinamakan sistem limbik. Emosi berpikir” karena kita tidak memikirkan apa yang
yang kita rasakan seringkali disertai dengan sedang kita lakukan dan membiarkan kebiasaan
respon otonom atau peristiwa fisik, seperti detak atau dorongan yang tidak kita sadari tersebut
jantung yang kencang, keringat dingin, ataupun mengambil alih. Ketika kita mengalami emotional
pupil yang membesar. Respon otonom tersebut eating tersebut, kita cenderung menjadikan
diatur oleh hindbrain yang telah diberikan makanan sebagai pelarian atas emosi yang kita
stimulus oleh sistem limbik. Lantas darimana asal rasakan, padahal hal tersebut hanya bersifat
emosi? sementara.
Otak kita terhubung untuk menerima Hal yang perlu dilakukan untuk
ancaman atau kesenangan. Jika salah satunya menghentikan emotional eating adalah
terdeteksi, maka wilayah perasaan di otak mengidentifikasi pemicunya. Situasi atau
memberi tahu kita melalui pelepasan kimiawi. perasaan apa yang membuat kita merasakan
Efek dari pesan kimiawi inilah yang disebut emosi. kenyamanan ketika makan. Emotional eating
Pesan tersebut kemudian berjalan dari otak ke tidak hanya dipicu oleh emosi negatif, tetapi juga
seluruh tubuh. Ketika otak kita mendeteksi bisa dipicu oleh emosi positif, seperti memberi
potensi ancaman, otak kita melepaskan hormon self-reward karena telah menyelesaikan suatu
stress, yaitu adrenalin dan kortisol yang pekerjaan. Penyebab umum emotional eating
mempersiapkan diri kita untuk merespons adalah stress.
dengan fight or flight. Sedangkan ketika otak Ketika mengalami stres, tubuh kita
mendeteksi sesuatu yang baik atau kesenangan, memproduksi hormon kortisol. Hormon ini
otak akan melepaskan hormon bahagia yaitu memicu keinginan untuk mengonsumsi makanan
dopamin, oksitosin, atau serotonin yang asin, manis, ataupun gorengan yang dapat
membuat kita berperilaku positif. memberikan energi dan kesenangan. Semakin
Dalam hal ini, wilayah perasaan di otak tidak terkendalinya stress, semakin besar
bekerja sebelum berpikir. Maka dari itu sering kemungkinan untuk menjadikan makanan untuk
terjadi over reaction ketika kita sedang emosi menghilangkan stress. Selain itu, menjadikan
sehingga mendominasi perilaku kita dan makan sebagai cara untuk meredam atau
membuat kita tidak dapat berpikir secara mengalihkan emosi yang membuat tidak nyaman,
rasional. Bagian dari respon emosi tersebut seperti kemarahan, kesedihan, kecemasan,
seringkali mempengaruhi peningkatan nafsu maupun kesepian sering menjadi pemicu
makan untuk memasok tubuh dengan bahan emotional eating.
bakar yang dibutuhkan untuk respon fight or Mengatasi emosi dengan makan justru
flight, sehingga menimbulkan keinginan untuk harus melibatkan pengetahuan tentang cara-cara
makan makanan yang menenangkan seperti memilih makanan yang baik untuk dapat
eskrim, cokelat, ataupun junk food dengan porsi meredakan emosi yang dirasakan, tanpa
yang tidak terkendali. menimbulkan sisi negatif seperti jatuh sakit atau
Perilaku tersebut didorong oleh emosi kenaikan berat badan yang berlebih. Salah
seperti rasa senang, sedih, ataupun marah. satunya dengan makan makanan yang dapat
Emotional eating sering disebut “makan tanpa meningkatkan hormon serotonin, yaitu makanan
Electronic Magazine (Biozone): Sistem Koordinasi, Jilid 1 | 50