Page 30 - MAJALAH 92
P. 30

Perdebatan UU Pemilu Alot






                              Rapat Paripurna DPR akhirnya bersepakat Rancangan Undang-undang
                tentang Pemilihan Umum 2014 disahkan menjadi undang-undang setelah dua dari
            empat hal krusial diputuskan melalui mekanisme voting di Gedung MPR /DPR/DPD RI,
                                                                       Jakarta, beberapa waktu yang lalu.


                   akil  Ketua  DPR,  Pramono
                   Anung,  yang  memimpin                                                                       foto:doc parle
           WRapat Paripurna mengetuk-
           kan  palu  tanda  menyetujui  RUU  itu
           menjadi UU Pemilu 2014 tanpa ada lagi
           interupsi  dari  anggota  DPR.  Setelah
           itu, Menteri Dalam Negeri (Mendagri)
           Gamawan Fauzi yang merupakan per-
           wakilan  pemerintah  menyampaikan
           pandangan pemerintah.
             Ada  empat  masalah  krusial  yang
           menjadi pembahasan alot, yakni soal
           ambang  batas  parlemen  (parliamen-
           tary  threshold),  sistem  terbuka  atau
           tertutup,  alokasi  kursi,  dan  metode
           konversi suara.
             Masalah  yang  diselesaikan  tan-
                                                        Pimpinan DPR RI saat Sidang Paripurna pengambilan keputusan RUU tentang Pemilu
           pa  voting  yakni  soal  sitem  pemilu
           dan  alokasi  kursi.  DPR  akhirnya  me-  yang mendukung opsi B  agar  berdiri     serta lima persen untuk DPRD provinsi
           nyepakati  sistem  pemilu  terbuka.   dan   dihitung suaranya.      dan DPRD kabupaten/kota.
           Sistem ini sama dengan yang berlaku   Dari  penghitungan  suara  opsi   Dari  hasil  voting  mengenai  besa-
           2009,  dimana  pemenang  didasarkan   ini, pendukung opsi A sebanyak 342   ran  parliamentary  threshold  opsi  A
           pada  suara  terbanyak.  Sedangkan   anggota  dari  enam  fraksi  yakni  FPD,   didukung  oleh  343  anggota  DPR  RI
           untuk alokasi kursi per daerah pemili-  FPAN,  FPPP,  FPKB,  FGerindra,  dan   dari FPD, FPG, FPPP, FPKB, FGerindra,
           han disepakati untuk DPR antara 3-10   Fraksi Hanura.               dan FHanura. Kemudian, opsi B didu-
           kursi dan 3-12 untuk DPRD.           Sedangkan opsi B, pendukungnya   kung  197  anggota  DPR  dari  FPDIP,
             Dua hal di antaranya harus dipu-  sebanyak  188  orang  dari  tiga  fraksi   FPKS,  dan  FPAN.  Dengan  demikian
           tuskan  melalui  mekanisme  voting.   yakni  FPG,  FPDIP,  dan  FPKS.  Setelah   opsi parliamentary threshold 3,5 per-
           Hal pertama yang diputuskan melalui   voting  mengenai  cara  penghitungan   sen merata secara nasional ditetapkan
           mekanisme  voting  adalah  opsi  cara   suara anggota dari tiga fraksi yang ka-  dalam UU Pemilu.
           penghitungan  suara  menjadi  kursi   lah masih mengajukan interupsi teru-  Sementara  itu,  Ketua  DPR,  Mar-
           parlemen. Vo-ting ini dengan memilih   tama  mengenai  pasal  pasal  208  dan   zuki Alie menyatakan UU Pemilu yang
           opsi, yakni opsi A, mendukung sistem   209    mengenai    besaran  parliamen-  baru  diharapkan  Pemilu  2014  dapat
           kuota  murni,  serta  opsi  B,  mendu-  tary  threshold    (PT)    yang  kemudian     berjalan dengan lebih baik yang akan
           kung  sistem  devisor  webster.  Kuota   diputuskan  lagi  melalui  mekanisme    menghasilkan anggota DPR, DPD, dan
           murni  artinya  suara  sisa  akan  ditarik   voting.                DPRD  dengan  derajat  keterwakilan
           ke provinsi. Sedangkan sistem devisor   Pada  voting  mengenai  besaran   yang  tinggi.  Pemilu  2014  juga  di-
           webster berarti suara habis di daerah   parliamentary threshold memilih dua   harapkan dapat berlangsung dengan
           pemilihan.                        opsi.  Sebagai  opsi  A  yakni  member-  lebih murah dari segi biaya, lebih mu-
             Voting  dilakukan  de-ngan  cara   lakukan  parliamentary  threshold  3,5   dah dalam pelaksanaannya, dan hasil-
           masing-masing  anggota  fraksi  yang   persen merata secara nasional. Opsi B   nya lebih berkualitas.
           mendukung  opsi  A  agar  berdiri  dan   yakni  memberlakukan  parliamentary   Marzuki  Alie  berpendapat  perlu
           kemudian dihitung suaranya. Demiki-  threshold  secara  berjenjang  secara   dipikirkan agar UU Pemilu sebaiknya
           an juga masing-masing anggota fraksi     nasional, yakni 3,5 persen untuk DPR   dapat diberlakukan untuk jangka pan-


                                                                              | PARLEMENTARIA  |  Edisi 92 TH. XLII, 2012 |  1
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35