Page 1 - MAJALAH 83
P. 1
PESAN PIMPINAN
Potret Multikultural
Dalam Perspektif Negara Kesatuan
erspektif mul- nis. Secara simbolik hal ini dinyatakan
tikulturalisme dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober
Pm e r u p a k a n 1928. Disamping menyatakan berta-
pendekatan kebu- nah air satu dan berbangsa satu serta
dayaan terhadap ke- menjunjung bahasa Indonesia, yang
beragaman masya- sesungguhnya merupakan bahasa
rakat yang terdiri utama daerah tertentu, tetapi juga
dari berbagai suku mengatakan kesediaan menerima
bangsa. Kebudayaan unsur-unsur daerah dalam suasana
dapat dipandang “komunitas” yang baru dibentuk yang
sebagai landasan bernama “bangsa Indonesia”. Jadi,
nilai dari segala bangsa Indonesia adalah suatu sua-
perwujudan dalam sana kebudayaan yang bersifat supra-
kenyataan obyek- etnis dan multi etnis.
tif, atau konfigurasi Pergerakan kebangsaan, den-
dari semua nilai-nilai gan kehadiran berbagai partai politik
dasar dalam kehidu- maupun organisasi yang bersifat su-
pan kemasyarakatan pra-etnis, dan berbagai corak aktivi-
kemanusiaan. Maka, tas kebudayaan yang melandaskan
dalam kebudayaan diri pada usaha pembentukan sua-
itu kita dapat men- sana ”nasional” dengan mengaburkan
emukan nilai estetik, batas-batas daerah, dan sebagainya,
Ketua DPR RI, DR. H Marzuki Alie yang akan menentu- telah berhasil menciptakan suasana
kan corak dan bentuk kesenian, ada kebudayaan yang bersifat nasional,
Tema Multikultural dalam Per- nilai kekuasaan yang menentukan bukan sekedar konglomerasi dari
spektif Negara Kesatuan yang corak, sistem, serta perilaku politik, ”puncak-puncak kebudayaan dae-
saya tulis ini adalah tema dan seterusnya. Corak sebuah kebu- rah”. Oleh karena itu, kebudayaan
yang sangat aktual dan pen- dayaan bisa dilihat dari konfigurasi nasional merupakan hasil sumbangan
ting, yang relevan bagi upaya nilai yang dimilikinya. daerah dalam proses pembentukan
Dinamika kehidupan sosial dapat
dalam memperkokoh per- terjadi karena adanya pertemuan dan pertumbuhan komunitas-bangsa.
Sehingga, penghormatan dan peme-
satuan dan kesatuan bangsa. atau perbenturan dari berbagai un- liharaan kebudayaan daerah, adalah
Pada kesempatan ini, saya sur kebudayaan dari kelompok etnik pemelihara salah sumber dinamika
membahas tema tersebut atau suku bangsa dengan kebudaya- kebudayaan nasional.
dalam perspektif multikultu- an lain. Oleh karena itu, kebudayaan Dinamika kebudayaan terus
ralisme dalam kaitannya de- adalah dunia nilai dan makna, yang berlanjut, meski pada suatu masa
ngan persatuan dan kesatuan memungkinkan masyarakat sebagai tertentu ”negara” sedemikian keras
bangsa. Tentu saja, penjela- sebuah lingkungan pergaulan hidup, memelihara suasana ini, sehingga
san saya ini tidak berpretensi berfungsi dan terintegrasi. mengancam eksistensi dari kebuda-
untuk dapat menyelesaikan Kebudayaan nasional Indonesia yaan daerah. Karena itu tidak dapat
semua persoalan yang kita adalah “puncak-puncak kebudayaan dipungkiri, bahwa salah satu faktor
hadapi selama ini, tetapi seti- daerah,” yaitu unsur-unsur kebuda- dari krisis dan konflik daerah adalah
daknya dapat bermanfaat yaan daerah yang berhasil masuk ke- dirasakannya dominasi yang ber-
lebihan dari negara-nasional, apalagi
dalam dan diterima sebagai bagian
sebagai informasi awal agar dari sistem makna “nasional”, yang kalau dominasi itu dianggap sebagai
bisa dibahas lebih lanjut. bersifat multi-daerah dan multi-et- perwujudan dari dukungan terhadap
| PARLEMENTARIA | Edisi 83 TH. XLII, 2011 |
ARIA |
| PARLEMENTARIA | Edisi 83 TH. XLII, 2011 || PARLEMENTARIA | Edisi 83 TH. XLII, 2011 |
TH. XLII, 201 |
|
1
Edisi 83
ARLEMENT
P